• KONTAK
  • PETA SEMINARI TINGGI
  • TENTANG KAMI
3 Oktober 2023
  • Login
Seminari Tinggi Santo Mikhael Penfui – Kupang
  • BERANDA
  • PROFIL
    • PROFIL USKUP
    • TENTANG KAMI
    • VISI, MISI, DAN TUJUAN SEMINARI TINGGI SANTO MIKHAEL
    • SAMBUTAN PRAESES
    • PROFIL PEMBINA
    • PEMBINAAN
    • PROGRAM PENDIDIKAN
    • SEMINARI TINGG SANTO MIKHAEL DALAM KENANGAN
    • PROFIL TEOLOGAN
    • PROFIL FRATER PER ANGKATAN
    • SARANA DAN FASILITAS
    • KALENDERIUM KEGIATAN SEMESTER GENAP PERIODE JANUARI – JUNI 2021
  • RENUNGAN HARIAN

    Hati yang Mengampuni

    MENYANGKAL DIRI, MEMIKUL SALIB DAN MENGIKUTI YESUS (Yer 20:7-9; Rom 12:1-2; Mat 16:21-27)

    BANGKIT DAN LAHIR LAGI SEBAGAI MANUSIA BARU (Renungan Ulang Tahun RD. Hironimus Pakaenoni)

    Pope Francis leads a mass on the Solemnity of Pentecost at St Peter's basilica on May 24, 2015 in Vatican.  AFP PHOTO / ANDREAS SOLARO

    Pergilah Ke Galilea!

    YANG BUTA MELIHAT (1Sam 16:1b.6-7.10-13a; 5:8-14; Yoh 9:1-41)

    Menjadi Saksi Yang Benar Dalam Kehidupan

    Tempat Sunyi, Istirahat dan Makan Bersama

    Mempersembahkan Yang Terbaik Untuk Tuhan

    Tiada Hidup Tanpa Tantangan

  • LITURGI
    • DEVOSI
  • PUBLIKASI
    • RUMAH FILSAFAT
    • REFLEKSI
    • ARTIKEL DAN OPINI
    • ESSAY
    • MATERI DISKUSI
  • MAJALAH STSM
  • BERITA

    Komunitas Seminari Tinggi St. Mikhael merayakan Misa pembukaan Bulan Rosario

    Acara Puncak Pesta Famili

    Frater Teologan, Tingkat V dan IV Keuskupan Agung Kupang mengikuti kegiatan sosialisasi dan pelatihan pembuatan Eco enzim

    Seminar Sehari Pesta Famili STSM

    Zelus Domus Tuae Comedit Me; Cinta Akan Rumah-Mu Menghanguskan Aku.

    Sosialisasi Bahan BKSN 2023 Kepada para Frater STSM

    Aksi Panggilan Fratres Keuskupan Agung Kupang: Membangun Kebersamaan di Paroki St. Stefanus Noehaen Amarasi Timur

    Merajut Asa di Noehaen, Amarasi Timur (Bagian I) – (Catatan live In Fratres KAK Seminari Tinggi St. Mikhael)

    Mgr. Petrus Turang Tahbiskan 24 Frater Menjadi Diakon

  • GALERRY
    • FOTO
    • VIDEO
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • PROFIL
    • PROFIL USKUP
    • TENTANG KAMI
    • VISI, MISI, DAN TUJUAN SEMINARI TINGGI SANTO MIKHAEL
    • SAMBUTAN PRAESES
    • PROFIL PEMBINA
    • PEMBINAAN
    • PROGRAM PENDIDIKAN
    • SEMINARI TINGG SANTO MIKHAEL DALAM KENANGAN
    • PROFIL TEOLOGAN
    • PROFIL FRATER PER ANGKATAN
    • SARANA DAN FASILITAS
    • KALENDERIUM KEGIATAN SEMESTER GENAP PERIODE JANUARI – JUNI 2021
  • RENUNGAN HARIAN

    Hati yang Mengampuni

    MENYANGKAL DIRI, MEMIKUL SALIB DAN MENGIKUTI YESUS (Yer 20:7-9; Rom 12:1-2; Mat 16:21-27)

    BANGKIT DAN LAHIR LAGI SEBAGAI MANUSIA BARU (Renungan Ulang Tahun RD. Hironimus Pakaenoni)

    Pope Francis leads a mass on the Solemnity of Pentecost at St Peter's basilica on May 24, 2015 in Vatican.  AFP PHOTO / ANDREAS SOLARO

    Pergilah Ke Galilea!

    YANG BUTA MELIHAT (1Sam 16:1b.6-7.10-13a; 5:8-14; Yoh 9:1-41)

    Menjadi Saksi Yang Benar Dalam Kehidupan

    Tempat Sunyi, Istirahat dan Makan Bersama

    Mempersembahkan Yang Terbaik Untuk Tuhan

    Tiada Hidup Tanpa Tantangan

  • LITURGI
    • DEVOSI
  • PUBLIKASI
    • RUMAH FILSAFAT
    • REFLEKSI
    • ARTIKEL DAN OPINI
    • ESSAY
    • MATERI DISKUSI
  • MAJALAH STSM
  • BERITA

    Komunitas Seminari Tinggi St. Mikhael merayakan Misa pembukaan Bulan Rosario

    Acara Puncak Pesta Famili

    Frater Teologan, Tingkat V dan IV Keuskupan Agung Kupang mengikuti kegiatan sosialisasi dan pelatihan pembuatan Eco enzim

    Seminar Sehari Pesta Famili STSM

    Zelus Domus Tuae Comedit Me; Cinta Akan Rumah-Mu Menghanguskan Aku.

    Sosialisasi Bahan BKSN 2023 Kepada para Frater STSM

    Aksi Panggilan Fratres Keuskupan Agung Kupang: Membangun Kebersamaan di Paroki St. Stefanus Noehaen Amarasi Timur

    Merajut Asa di Noehaen, Amarasi Timur (Bagian I) – (Catatan live In Fratres KAK Seminari Tinggi St. Mikhael)

    Mgr. Petrus Turang Tahbiskan 24 Frater Menjadi Diakon

  • GALERRY
    • FOTO
    • VIDEO
No Result
View All Result
Seminari Tinggi Santo Mikhael Penfui – Kupang
No Result
View All Result
Home PUBLIKASI ESSAY

Metanoia: Jalan Pulang setelah Jalan Jauh (Satu catatan reflektif atas Cerpen Sang Pemburu Tuhan karya Jemmy Piran)

Oleh: Fr. Jhoni Lae*

Fr. Gregorio Antonio Madya Kanaf by Fr. Gregorio Antonio Madya Kanaf
4 Maret 2023
in ESSAY, PUBLIKASI
1
0
SHARES
59
VIEWS

Di awal tulisan ini, saya ingin menekankan bahwa tulisan ini merupakan hasil dari upaya melawan kemalasan pencarian intelektual yang belakangan ini menguasai saya. Oleh karena itu, saya tidak melengkapi tulisan ini dengan catatan kaki atau daftar pustaka. Tulisan ini merupakan refleksi saya setelah membaca cerpen Jemmy Piran yang terdapat di situs web baca petra.com.

            Pada dasarnya, cerpen bukanlah sekadar karya fiksi tanpa dasar. Sebaliknya, cerpen berada pada titik tengah antara peristiwa dan pemikiran. Dalam hal ini, pengarang menghubungkan peristiwa dan pemikiran. Ketika cerpen berfokus pada ekstrem peristiwa, pengarang berpikir secara mendalam tentang peristiwa tersebut dan merangkainya menjadi cerita. Sedangkan pada ekstrem pemikiran, pengarang lebih berfokus pada ide dan konsep cerita, kemudian menuliskan peristiwa-peristiwa yang mendukung ide tersebut untuk membentuk sebuah cerita. Oleh karena itu, cerpen dapat dilihat sebagai karya yang menghubungkan antara peristiwa dan pemikiran untuk menciptakan cerita yang menarik.

           Hakikat cerpen adalah cerita, dan di dalam cerita tersebut terdapat peristiwa sebagai bahan utama. Oleh karena itu, pandangan yang menyatakan bahwa bahan utama cerpen adalah peristiwa sama halnya dengan bahan utama puisi adalah imaji, merupakan pandangan yang sangat beralasan. Tanpa peristiwa, cerpen tidak mungkin terwujud. Sebagai hasil dari refleksi imaji penulis, cerpen selalu berkaitan dengan peristiwa yang dialami oleh penulis. Dalam hal ini, peristiwa menjadi elemen penting yang membentuk cerita dan memengaruhi cara penulis membangun imaji dalam cerpen.

           Saat membaca cerpen “Sang Pemburu Tuhan” karya Jemmy Piran, imajinasi saya terhantar pada cerita Adam dan Hawa dalam Kitab Suci. Saya yakin bahwa Jemmy Piran mengambil inspirasi dari kisah ini, terlihat dari narasi biblis yang sangat kental dalam keseluruhan cerpennya. Selain itu, pada akhir cerita, Jemmy Piran berusaha membuka kesadaran pembaca bahwa cerita tersebut tidak terlepas dari kisah kejatuhan manusia pertama, Adam dan Hawa, dalam Kitab Suci. Meskipun begitu, tulisan ini hanya merupakan refleksi pribadi terkait dengan apa yang saya temukan dalam cerpen tersebut, tanpa spekulasi lebih lanjut. Namun, saya berpikir bahwa tulisan ini tetap relevan dan kontekstual secara intelektual, terutama karena pada saat saya menuliskannya, Gereja Katolik sedang dalam masa khusus, yakni masa prapaskah.

Eksistensi Manusia Sebagai Homo Religious

         Manusia dalam peradaban menjadi poin penting sebagai pusat fenomena. Eksistensi manusia selalu menghadirkan tanya yang tak pernah selesai dijawab. Beragam bidang ilmu coba membedah siapa manusia itu, namun pada akhirnya pencarian itu tak akan menuai jawaban yang final. Selain dalam bidang filsafat, ilmu-ilmu kemanusiaan lainnya juga mencoba menjawab pertanyaan mendasar tentang manusia. Homo Religious adalah satu istilah yang muncul dari sekian definisi tentang manusia. Hal ini berkaitan langsung dengan relasi hidup manusia secara vertikal dan juga relasi horizontal. Pada dasarnya manusia adalah makhluk religius. Manusia adalah makhluk beragama, ini menggambarkan bahwa manusia memiliki unsur rohaniah yang mendasari segala tindakannya. Unsur rohaniah ini mengisyaratkan adanya satu dimensi kehidupan yang urgen.

         Eksistensi manusia sebagai homo religious tidak terlepas dari Tuhan. Tuhan hadir sebagai causa prima yang memungkinkan manusia untuk mengalami-Nya lewat pengalaman hidupnya setiap hari.  Selain itu, kedudukannya sebagai makhluk religius terus mendorongnya untuk mencari dan menemukan Tuhan. Berdoa merupakan salah satu cara yang selalu ditempuh manusia untuk merajut hubungannya dengan Tuhan dan sebagai ungkapan diri sebagai makhluk religius.

         Dalam cerpen Sang Pemburu Tuhan, penulis coba mendeklarasikan realitas manusia sebagai makhluk religius. “Ia hanya seorang lelaki, yang sudah mendekatkan diri dengan sembahyang tiap menjelang fajar dan senja lenyap. Tak ada lagi yang ia minta kecuali ingin melihat Malaikat Maut merenggut dirinya. Namun, hal itu belum terjadi hingga hari di mana ia memutuskan untuk bertaruh dengan Tuhan.” Penggalan kalimat di atas merupakan bukti bahwa penulis benar-benar menempatkan manusia pada titik eksistensial sebagai makhluk religius yang dalam hidupnya hanya bergantung kepada Tuhan. Ketergantungan manusia kepada Tuhan selalu mengarah kepada penyerahan diri secara total kepada-Nya. Namun siapa sangka bahwa dalam situasi demikian, manusia masih saja akan tiba pada posisi di mana selalu mempertanyakan keberadaan Tuhan dalam hidupnya. Artinya bahwa, secara mutlak Tuhan adalah pencipta atau pengada manusia yang sudah pasti tidak akan meninggalkan manusia, namun dari manusia selalu timbul kesangsian akan kehadiran Tuhan itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari dialog dalam cerpen Jemmy di bawah ini;

Ia memandang ke arah langit, “Aku tidak percaya bahwa Kau masih mencintaiku.”

Tidak ada jawaban, kecuali angin menderu dari kejauhan.

“Aku tidak percaya padamu.”

Ia diam beberapa saat lalu tersenyum kecil.

Jalan Jauh; Memburu Tuhan

       Satu hal yang penting di sini yakni misteri Tuhan itu tak terselami oleh indra manusia. Semakin manusia berupaya untuk mengetahui misteri Tuhan, semakin pula manusia menunjukkan keterbatasannya. Rencana dan kehendak Tuhan tidak dapat diduga. Sebaliknya rencana manusia dapat diduga. Apabila berkat daya intelektual yang dimilikinya, manusia terus mencari dan menemukan rencana Tuhan, maka di situlah saat di mana manusia sedang berada dalam perjalanan yang jauh dari Tuhan.

       Aziel tokoh utama dalam cerpen Sang Pemburu Tuhan merepresentasikan manusia yang dalam situasi tertentu terus meragukan eksistensi Tuhan dalam hidupnya. Mereka yang seperti itu terus memburu Tuhan dengan dialektika, retorika dan logikanya masing-masing. Padahal upaya demikian malah semakin menjauhkan mereka dari Tuhan, dari Dia yang terus dicarinya. Eksistensi manusia sebagai makhluk rohani semestinya diberdayakan dengan tidak terus mencari pemahaman yang rasional atas misteri Tuhan melainkan harus tiba pada sikap bertekuk lutut di bawah misteri Tuhan yang sampai kapan pun tidak akan pernah dipahami oleh manusia.

       Hidup manusia memang tidak akan berjalan mulus. Sebaliknya, manusia akan hidup dalam satu dialektika dan pasang-surut kehidupan yang pada intinya menuntut manusia untuk menikmati dan menerima apa yang ada. Selain itu manusia juga dituntut untuk meyakinkan diri kepada rencana Tuhan. Sebab kalau tidak terjadi demikian maka manusia akan terus bertanya tentang kehadiran Tuhan dalam hidupnya teristimewa dalam situasi-situasi gurun atau sulit. Hal inilah yang dialami oleh tokoh utama dalam cerpen Sang Pemburu Tuhan,dimana situasi sulit yang dialaminya terus menerus membuatnya mempertanyakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya.

Jalan Pulang, Jalan Pertobatan

       “Jangan merayuku. Aku tahu, aku seorang pendosa. Aku seharusnya dibunuh, tubuhku mestinya dihanguskan dalam bara api. Aku amat najis di hadapan-Nya. Aku tidak layak.”

       Kutipan di atas menjadi satu bukti bahwa pada titik tertentu manusia akan kembali dan menyadari diri bahwa ia hanyalah manusia yang penuh dengan dosa. Kesadaran diri menjadi jalan pulang, jalan pertobatan setelah jalan jauh, setelah berdosa. Dalam konteks cerpennya Jemmy, dosa paling mendasar dari Aziel yakni kesangsiannya akan kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Namun kemudian, Aziel sadar bahwa pencarian dan kesangsiannya hanyalah sia-sia sebab Tuhan jauh dan lebih besar dari apa yang ia pikirkan.

       Sejauh apapun manusia berjalan jauh dari Tuhan, tentu pada satu titik manusia akan sadar lalu memilih jalan untuk pulang. Situasi dan pengalaman kesulitan semestinya dinikmati dalam irama syukur sebab apapun yang terjadi pada manusia selalu berada dalam rencana Tuhan. Yang terpenting itu keyakinan bahwa Tuhan benar-benar ada dalam situasi apapun. Keyakinan inilah yang alpa dalam diri Aziel sehingga kemudian ia terus meragukan Tuhan. Keraguan hanya akan membuat manusia jauh dari Tuhan dan kemudian membuat manusia hidup penuh kesengsaraan.

 

*Penulis adalah Calon Imam Keuskupan Atambua. Tingkat V

ShareTweetSendShareSharePin
Previous Post

Pesan Bapa Suci Paus Fransiskus untuk Masa Prapaskah 2023

Next Post

Hasil Pertandingan Seru di Turnamen Mikhael Cup 2023: Hotspot FC Menggila, Wakanda Legend Terkapar!

Next Post

Hasil Pertandingan Seru di Turnamen Mikhael Cup 2023: Hotspot FC Menggila, Wakanda Legend Terkapar!

Pope Francis delivers a homily during Easter's Holy Saturday Vigil held behind closed doors at St. Peter's Basilica in the Vatican on April 11, 2020 during the lockdown aimed at curbing the spread of the COVID-19 infection, caused by the novel coronavirus. (Photo by REMO CASILLI / POOL / AFP)

Pergeseran Paradigma Katolik: 10 Tahun Paus Fransiskus Membongkar Pengadilan Kepausan

YANG BUTA MELIHAT (1Sam 16:1b.6-7.10-13a; 5:8-14; Yoh 9:1-41)

Comments 1

  1. Charol Maubere says:
    7 bulan ago

    Luar biasa kk Jhola

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kalender Liturgi


imankatolik.or.id




Kalender bulan ini
  • Trending
  • Comments
  • Latest

Bahan BKSN 2021

16 Agustus 2021

KONSEP “TANDA SALIB” PERSPEKTIF SEMIOTIKA UMBERTO ECO (Materi Akedemik Filosofan)

20 Februari 2021

Profil Frater Alumni Seminari Tinggi Santo Mikhael 2021

27 Agustus 2021

Selamat Jalan, Senior!

31 Agustus 2021

”Memahami Dunia Kehidupan (Life World) dalam Filsafat Teknologi Don Idhe dan Relevansinya Terhadap Pembinaan Para Frater Keuskupan Weetebula”.

2

Profil Frater Alumni Seminari Tinggi Santo Mikhael 2021

2
Penanaman pohon bersama

Reforestasi Hutan Camplong: Aksi Nyata Pekan Doa Sedunia 2022

2

Menjaga Alam Ciptaan dan Relasi dengan Tuhan dan Sesama: Pesan Mendalam dari Romo Siprianus Senda

2

Komunitas Seminari Tinggi St. Mikhael merayakan Misa pembukaan Bulan Rosario

3 Oktober 2023

Acara Puncak Pesta Famili

1 Oktober 2023

Frater Teologan, Tingkat V dan IV Keuskupan Agung Kupang mengikuti kegiatan sosialisasi dan pelatihan pembuatan Eco enzim

1 Oktober 2023

Konferensi Fratres STSM

26 September 2023
W3Schools
W3Schools
W3Schools
W3Schools
W3Schools
049111
Users Today : 122
Users Yesterday : 122
This Month : 375
This Year : 30465
Total Users : 49111
Views Today : 205
Total views : 119750

© 2021 Seminari Tinggi Santo Mikhael Penfui

No Result
View All Result
  • BERANDA
  • PROFIL
    • PROFIL USKUP
    • TENTANG KAMI
    • VISI, MISI, DAN TUJUAN SEMINARI TINGGI SANTO MIKHAEL
    • SAMBUTAN PRAESES
    • PROFIL PEMBINA
    • PEMBINAAN
    • PROGRAM PENDIDIKAN
    • SEMINARI TINGG SANTO MIKHAEL DALAM KENANGAN
    • PROFIL TEOLOGAN
    • PROFIL FRATER PER ANGKATAN
    • SARANA DAN FASILITAS
    • KALENDERIUM KEGIATAN SEMESTER GENAP PERIODE JANUARI – JUNI 2021
  • RENUNGAN HARIAN
  • LITURGI
    • DEVOSI
  • PUBLIKASI
    • RUMAH FILSAFAT
    • REFLEKSI
    • ARTIKEL DAN OPINI
    • ESSAY
    • MATERI DISKUSI
  • MAJALAH STSM
  • BERITA
  • GALERRY
    • FOTO
    • VIDEO

© 2021 Seminari Tinggi Santo Mikhael Penfui

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist