“Di dalam Ekaristi, ada kekuatan untuk mencintai mereka yang berbuat salah,” tegas Romo Okto Naif dalam khotbahnya ketika memimpin misa perayaan Kamis Putih pada Kamis (6/4/2023) di Kapela Seminari Tinggi St. Mikhael, Penfui-Kupang. Perayaan Kamis Putih ini berlangsung dengan penuh khidmat dan diikuti oleh para frater dan umat yang tinggal di sekitar Seminari Tinggi St. Mikhael. Perayaan Kamis Putih adalah perayaan peringatan malam Perjamuan Kudus antara Yesus dan keduabelas rasul. Selain Perjamuan Terakhir, terdapat juga pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus kepada keduabelas rasul. Dalam perayaan Kamis Putih, momen pembasuhan kaki dilakukan oleh imam kepada dua belas orang sebagai perwakilan dari keduabelas rasul yang memiliki makna kerendahan hati serta keteladanan seorang pemimpin yang mau melayani.
Romo Okto Naif, selaku Pastor pemimpin misa, menegaskan bahwa puncak hidup Yesus Kristus adalah ketika Ia menghancurkan diri-Nya sendiri demi sukacita keselamatan umat manusia. “Tuhan tidak hanya meninggalkan kata-kata atau tanda, tetapi Ia memberi makan dan minuman. Ia menjadi kecil supaya kita menjadi besar,” jelas Romo Okto. Baginya, perayaan Kamis Putih tidak hanya sebagai suatu peringatan belaka, tetapi juga menjadi momen keselamatan di mana ia mengajak umat beriman untuk kembali menyadari makna dari Ekaristi itu sendiri.
“Ekaristi menyehatkan sekaligus menyembuhkan. Di dalam Ekaristi, terdapat peristiwa sengsara, wafat, dan kebangkitan. Tiga peristiwa inilah yang mengantarkan manusia menuju keselamatan,” jelas Romo Okto ketika menutup khotbahnya.
Perayaan Kamis Putih ditutup dengan perarakan dan pentahtaan Sakramen Mahakudus diiringi dengan penguukupan dan lonceng kayu sebagai sebuah tanda keheningan. Peristiwa ini mengantarkan umat menuju perkabungan akan peristiwa sengsara dan wafat Yesus Kristus.”