Saudara-Saudari Terkasih,
Tema Aksi Puasa Pembangunan 2023 adalah “keadilan ekologis bagi seluruh ciptaan” semakin mengasihi dan lebih peduli. Tema ini mengundang kita sekalian untuk melihat, merenungkan, mengkaji dan bertindak menurut perutusan Iman Kristiani kita. Kita dipanggil untuk menjadi rekan mitra karya penciptaan Allah, Sumber den Penjamin kehidupan seluruh Ciptaan: “Diperlukan apa yang disebut ekologi manusia, yang dipahami secara benar. Perusakan alam kenyataannya terkait erat dengan budaya yang membentuk hidup bersama manusia: bila “ekologi manusia” dihormati dalam masyarakat, ekologi Iingkungan juga diuntungkan” (Benediktus XVI, Ensiklik Caritas In Veritate, No. 51).
Kenyataan-kenyataan yang menantang hidup, seperti perubahan iklim dan pemanasan global serta krisis ekonomi mendorong dan mensiagakan kita dalam keteguhan iman guna mengembangkan keseimbangan dalam bersikap dan berperilaku. Kita tidak boleh terbawa arus kemajuan yang merusak dan tidak bertanggungjawab dengan teknologi yang bebas nilai. Dengan iman Kristiani, kita berkewajiban untuk menjaga den memelihara nilai mulia dari seluruh ciptaan, yang dianugerahkan demi kebaikan bersama, karena “Lingkungan alam ini adalah anugerah Allah untuk setiap orang, dan dalam penggunaannya kita bertanggung Jawab terhadap orang-orang miskin, generasi masa depan dan seluruh umat manusia” (Benediktus XVI, Ibid., No. 47).
Kejadian-kejadian akibat perubahan iklim sedang menjadi bagian utuh dari pengalaman hidup kita. Banyak peristiwa, seperti gempa, banjir, tanah longsor dan badai, telah mengakibatkan dampak-dampak yang merenggut nyawa atau mengakibatkan kerugian dalam hampir seluruh aspek kehidupan manusiawi atau makhluk tercipta lain. Manusia sedang berada dalam gangguan keseimbangan yang beruntun, sehingga perlu pelbagai bentuk kerjasama untuk menghadapi ancaman-ancaman ini. Nyatanya, penderitaan memang menjadi bagian utuh dari pengalaman hidup manusiawi, dan manusia harus berani keluar dari sikap “hanya mengurus diri sendiri” dan beralih kepada sikap peduli bersama demi kebaikan seluruh ciptaan. Keadilan ekologis harus mulai dari diri sendiri. Perubahan sikap dan tindakan harus berawal dari diri sendiri, yang tercipta menurut rupa dan gambar Allah sendiri. Kita yang mendapat anugerah kasih Allah harus berlaku sebagaimana Allah bertindak terhadap ciptaan-Nya. Dengan demikian, kita berhak menyandang gelar “anak-anak Allah” yang dipanggil untuk ambil bagian dalam karya kasih Allah sendiri. Pada gilirannya, iman Kristiani kita memicu sikap hidup yang peduli dan menyayangi keberlanjutan Iingkungan hidup, rumah kita bersama.
Umat Katolik yang berkarya dalam pelayanan publik harus menyadari untuk memajukan pembangunan yang berdampak keseimbangan dalam lingkungan hidup kita, dengan membuat kebijakan yang benar, adil dan efektif dalam menghadapi dampak-dampak perubahan Iklim. Para pengusaha Katolik yang bergiat dalam penambangan pasir di aliran sungai harus sadar untuk memelihara keseimbangan aliran sungai, sehingga bebas dari banjir dan tanah longsor. Keluarga-keluarga Katolik tidak membuang sampah di selokan serta berupaya untuk mendaur ulang sampah rumah tangga, seperti membuat ekoenzim.
Sekolah-sekolah Katolik memberikan pendidikan tentang perubahan iklim, agar sejak dini anak- anak paham tentang dampak-dampak perubahan iklim. Para petani dan peternak Katolik bergiat dengan pertanian serta peternakan organik guna mengurangi gas karbondioksida serta mengurangi pemakaian sarana kimiawi yang merusak keseimbangan dan kesuburan lahan. Para Imam belajar memberikan kotbah tentang ekologi yang tepat dan sesuai dengan sumber daya setempat. Pera Biarawan-biarawati membangun kegiatan-kegiatan yang membuka kesempatan untuk memelihara keseimbangan Iingkungan hidup yang berkelanjutan. Relawan- relawan Katolik yang bergiat dalam Iingkungan hidup sadar akan tanggungjawab sosial terhadap hidup manusia, agar masyarakat bebas dari kekerasan merusak lingkungan alam. Pokoknya, umat Katolik harus belajar terus menerus bagaimana menjaga keseimbangan alam ciptaan, sehingga daya dukung ciptaan mampu menghasilkan sumber hidup dan pangan yang sehat dan cukup bagi semua orang, khususnya balita: operasi timbang/kerdil. Kita bekerjasama dengan semua orang yang berkehendak baik demi keutuhan ciptaan, agar kita membangun hidup yang bermartabat dan berbahagia.
Dengan merenungkan dampak-dampak perubahan iklim selama masa prapaskah, umat berani mengadakan perubahan perilaku dan tindakan terhadap alam tercipta dalam bingkai keutuhan lingkungan hidup ekologis. Pertobatan hidup dalam bingkai memajukan keadilan ekologis adalah bagian utuh dari penghayatan iman Kristiani dan pada gilirannya membangun sikap peduli ciptaan dalam rangka kepekaan sosial terhadap seluruh makhluk tercipta, khususnya bela rasa terhadap sesama yang berkekurangan. Inilah bagian utuh dari penghayatan Iman Kristiani selaras dengan karya penebusan Yesus Kristus, yang diutus untuk memulihkan kembali persahabatan dengan Bapa-Nya dan seluruh karya ciptaan-Nya. Pertobatan ekologis adalah pewahyuan dari kebangkitan Kristus dalam keseharian hidup yang mewujudkan kasih Allah, Pencipta dan Penjamin keutuhan ciptaan. Dalam iman akan Kasih Allah, kita mendapat curahan Roh Kudus untuk membarui muka bumi, agar semakin menampakkan sukacita Injil, yaitu makna wafat dan kebangkitan Kristus, pepulih kelemahan serta kerapuhan manusiawi. Dengan perubahan perilaku demikian, kita menjadi pengambil bagian seutuhnya dalam karya penebusan Kristus, sumber keseimbangan yang sepenuhnya memerdekakan: ‘Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh. 8:31-32).
Sesudah kita mendapat ajakan untuk membarui keadilan ekologis dalam persekutuan gerejani, marilah dengan penuh syukur kita menjalani masa prapaskah dalam nada keteguhan jiwa raga untuk memajukan keseimbangan lingkungan hidup kita, khususnya semakin berbelaskasih dan lebih peduli akan keutuhan ciptaan dengan watak kemuridan Kristus yang bermartabat anak- anak Allah. Selamat menunaikan masa prapaskah dalam sukacita iman Kristiani!
Diberikan di Kupang, 2 Februari 2023
Mgr. Petrus Turang
Uskup Keuskupan Agung Kupang