Hari Minggu Prapaskah V
Bacaan I : Yeremia 31:31-34
Bacaan II : Ibrani 5:7-9
Bacaan Injil : Yohanes 12:20-33
Menjadi pemimpin berarti menjadi panutan dan contoh bagi orang-orang yang dipimpin. Pemimpin harus mampu untuk menunjukkan karakteristik dari seorang pemimpin yang mampu menjaga kestabilan dalam kehidupannya dan juga bagi masyarakat. Pemimpin memiliki sikap berwibawa dan ketegasan yang bercorak siap melayani bukan dilayani. Pemimpin juga harus menunjukkan sikap rendah hati, setia, jujur, adil dan rela berkorban.
Bacaan pertama dari Kitab Nabi Yeremia menegaskan tentang dimensi perjanjian Allah bagi umat-Nya. Perjanjian di sini menegaskan kepada umat bahwa Allah tidak meninggalkan umat-Nya, melainkan Dia akan mengutus penyelamat hidup bagi umat-Nya melalu Putra-Nya Yesus Kristus. Dalam perjanjian ini Allah menginkan satu hal dari umat-Nya ya itu iman yang taat pada Dia. Sebab Allah telah menjukan sikap kasih yang besar dan rela berkorban bagi umat-Nya dengan perjanjian yang diberika-Nya. Pada bacaan kedua Surat Kepada Orang Ibrani, secara garis besar menunjukkan Yesus yang sedang berdoa kepada Bapa-Nya. Namun bila disimak semakin mendalam akan menemukan hal yang menarik yang patut dijalankan oleh kita yang beriman kepada Dia. Sikap yang harus di contoh adalah ketaatan Yesus. Hal ini merupakan sebuah keutamaan yang harus dimiliki oleh setiap orang. Ketaatan dan kesalehan-Nya di tunjukkan melalui pengorbanan-Nya kepada umat-Nya. Sehingga doa yang dilakukan-Nya hendak mengajarkan kepada kita akan rasa bersyukur kepada Allah Bapa dan menyatakan kepada kita akan iman yang besar kepada Tuhan dalam kehidupan ini. Dengan kebijaksaan yang ditunjukkan oleh Yesus sebagai pemimpin, mengajarkan para pemimpin untuk mampu menghantar orang-orang yang dipimpin kepada suatu kehidupan yang baik. Hal yang sama di ajarkan oleh Yesus dalam bacaan injil. Ia dengan tegas dalam injil hari ini menyatakan kematian-Nya. Namun perlu kita renungkan bersama akan hal yang ingin disampaikan Yesus kepada kita dalam injil hari ini ialah, bagaimana sikap kita dalam mengimani Dia, ketaatan kepada Dia, dan menjadi pemimpin seperti Dia. Kita dituntut harus memiliki ketegasan dalam diri sebagai pengikut-Nya. Sehingga mampu dalam menjalankan kehidupan di dunia ini sebagaimana yang diinginkan oleh Dia.
Sebagai orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus, kita menyadari akan kualitas keberimanan dalam diri kita kepada Dia. Dari kesadaran itu, kita dapat mengukur kedalaman dari iman kita kepada Dia. Seringkali realitas iman kita hanya sebatas kartu tanda penduduk (KTP) yang merupakan persyaratan seseorang diakui secara sah hidup dalam dunia ini. Namun tidak untuk menjadi pengikut yang setia kepada Dia. Karena bersifat persyaratan duniawi, maka kurangnya penghayatan iman dalam diri kita kepada kepada Dia. Kita tidak menyadari tugas-tugas kita, baik sebagai pemimpin maupun yang dipimpin. Kita hanya hidup menurut tuntuan dan persyaratan dunia namun tidak mengikuti persyaratan dari Dia. Maka tidaklah menjadi fenomena lagi, banyak dari kita yang mudah tergoyahkan imannya karena tawaran-tawaran dunia yang menggiurkan seperti hal kemajuan teknologi, internet, dan sarana-sarana yang diciptakan untuk kesenangan manusia membuat manusia hanyut dan terlena dalam alam ciptaan sendiri bahkan mentuankan ciptaan sendiri. Sehingga begitu terjadi begitu banyaknya kemerosotan nilai-nilai moral kemanusiaan dalam dunia ini akibat kesenangan, dan persaingan dari manusia sendiri.
Maka dari itu, belajar dari bacaan-bacaan suci hari ini, marilah kita berusaha untuk sungguh-sungguh menjalankan tugas kita dengan baik, agar kita, betul-betul layak disebut anak-anak Allah. Kelayakan itu hanya akan tercapai bila iman kita sudah mampu memimpin diri kita sendiri yang taat kepada keselamatan yang dijanjikan Allah, sehingga kita pun mampu menghantar sesama kepada keselamatan. Dengan berpatokan pada Allah yang nampak melalui Putera-Nya Yesus Kristus yang kita Imani dalam ajaran-ajaran-Nya dan tindakan-tindakan-Nya. Sehingga, sikap rendah hati, jujur, adil, dan setia pada Allah benar-benar berakar dalam diri kita untuk mengarungi kehidupan kita di dunia ini….selamat berefleksi…. (Fr. Mario Da Cunha)