Ada banyak hal yang saling berhadapan sekaligus bertentangan dalam hidup. Salah satunya pasangan baik dan buruk. Yang baik membawa sukacita. Yang buruk membuat murung. Yang baik menghidupkan. Yang buruk membuat merana dan mati.
Manusia yang baik memiliki hati yang baik. Dalam hatinya ada perbendaharaan nilai yang baik untuk kehidupan. Cinta, damai sejahtera, pengorbanan, sukacita, ketulusan, persaudaraan, dll.
Manusia yang buruk atau jahat memiliki hati yang jahat. Dalam hatinya ada perbendaharaan aneka bentuk keburukan. Iri hati, benci, dendam, serakah, sombong, egois, dll.
Dari hati setiap manusia, mengalirlah perbendaharaan melalui pikiran, sikap, tutur kata, dan perbuatan. Pikiran, sikap, tutur kata dan perbuatan yang baik tentu datang dari hati yang baik. Sebaliknya pikiran, sikap, tutur kata dan perbuatan yang buruk atau jahat, lahir dari hati yang jahat.
Manusia yang baik menyalurkan rahmat. Manusia yang jahat menghambat rahmat. Menyalurkan rahmat berarti membuat hidup bertumbuh dan berkembang baik. Menahan rahmat membuat hidup merana dan akhirnya mati.
Dalam perikop Mrk 12:38-44, terdapat dua kisah tentang dua tipe manusia. Kisah pertama mengenai manusia yang dikenal sebagai ahli Taurat. Ciri hidup ahli Taurat yang digambarkan oleh Yesus dalam perikop ini adalah suka pamer, gila hormat, ambisius, serakah, tega, suka menipu. Semua ini menggambarkan manusia berhati busuk atau buruk alias jahat. Yang keluar dari dirinya adalah pikiran, sikap, perkataan dan perbuatan tercela dan jahat. Semuanya merugikan sesama dan kebersamaan.
Sebaliknya pada kisah kedua, terdapat gambaran yang menarik tentang janda miskin yang murah hati. Dalam kemiskinannya ia rela memberi dengan tulus. Ia percaya kepada penyelenggaraan ilahi. Karenanya ia tidak takut memberi persembahan kepada Allah. Ia yakin, Tuhan memelihara hidupnya. Dalam kemiskinannya, ia merasa cukup dalam kebutuhan hidupnya. Tidak kekurangan sama sekali, tetapi juga tidak berkelimpahan. Apa yang dimiliki, itulah yang diberi. Selebihnya Tuhan akan mengatur dan memelihara hidupnya.
Dari kedua tipe manusia yang digambarkan dalam perikop ini, kelihatan jelas perbedaannya. Tipe pertama adalah manusia penghambat rahmat. Hanya mementingkan diri sendiri, egois, serakah, tidak peduli sesama yang menderita, tidak percaya Tuhan. Tipe kedua adalah manusia penyalur rahmat. Ada spirit kemurahan hati, kepedulian, rela berkorban, atas dasar iman akan penyelenggaraan ilahi.
Dalam hidup bersama, selalu ditemukan dua tipe manusia ini. Tipe ahli Taurat membuat hidup bersama serasa di neraka. Banyak orang menjadi korban. Terutama mereka yang lemah secara ekonomi, sosial, budaya, politik. Sebaliknya tipe janda miskin membuat hidup terasa nyaman tenteram. Hidup bersama menjadi sejahtera karena ada saling memberi dan menerima, saling peduli dan membantu, saling berkorban untuk kebaikan umum atau bonum commune.
Dalam sebuah komunitas masyarakat, entah yang terkecil yaitu keluarga, maupun yang berlingkup besar, kehadiran manusia bertipe ahli Taurat akan menghambat rahmat dan menyengsarakan orang lain. Tetapi kehadiran manusia bertipe janda miskin membuat hidup makin bermakna karena ada saling menyalurkan rahmat demi kebaikan bersama.
Semoga para murid Kristus selalu menjadi manusia penyalur rahmat, dan bukannya penghambat rahmat. Amin.