Siapakah Yang Sama Dengan Allah?

SAATNYA UNTUK BERTOBAT

(Yun 3:1-5; 1 Kor 7:29-31; Mrk 1:14-20) Hari Minggu Biasa III/B

0 128

Alkisah, terjadi percakapan singkat antara seorang ibu dengan anaknya yang barusan memasuki usia sekolah. Di pagi hari, si ibu membangunkan anaknya dan berkata, “Nak, bangunlah. Sudah waktunya bagimu untuk mulai sekolah. Apakah kamu lebih suka mulai hari ini atau besok?” Lalu, dengan segera anak itu menjawab, “Besok, bu!” Anak itu memilih menunda sekolahnya karena masih ingin menikmati kenyamanan tinggal di rumahnya. Memulai sekolah adalah panggilan untuk mengubah hidup, dan ternyata, anak itu belum siap untuk melakukannya segera. Baginya, lebih nyaman untuk menangguhkan perubahan radikal dalam hidupnya ini, ketimbang segera merealisasikannya. Istilah lain untuk penangguhan yang tidak perlu adalah penundaan. Sebaliknya, kemendesakan adalah sesuatu yang menuntut perhatian dan tindakan segera.lepetitartichaut.com justineanweiler.com bezecke topanky blutuszos mennyezeti lámpa justineanweiler.com bežecká obuv janwoodharrisart.com bogner overal lucianosousa.net lucianosousa.net lucianosousa.net strømper str 42 panske teplaky justineanweiler.com holroydtileandstone.com

Dalam Injil hari ini, Markus berkisah bahwa Yesus memulai pelayanan publik-Nya dengan mewartakan Injil Allah, katanya, “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Mrk 1:15). Dalam bacaan pertama, kita mendengar pesan yang sangat mirip, yang disampaikan nabi Yunus kepada penduduk Ninive: “Empat puluh hari lagi dan Ninive akan ditunggangbalikkan” (Yun 3:4). Dengan kata lain, “tidak ada waktu lagi; penduduk Ninive tidak bisa menunda pertobatan. Jika tidak, mereka akan dihancurkan”. Bacaan Kedua hari ini juga sesungguhnya mengandung pesan yang sama: “Waktunya sangat singkat…”. Dengan ini, rasul Paulus tidak hanya menyampaikan strategi pertobatan, tetapi juga menjelaskan mengapa pertobatan mutlak diperlukan: “Karena dunia yang kini tampak, akan berlalu” (1Kor 7:31). Dunia ini akan segera berakhir, bahkan hidup kita sendiri pun akan berakhir suatu hari nanti. Karena itu, bagi kita, seharusnya tidak ada istilah  menunda atau mengulur-ulur waktu, khususnya dalam hal pertobatan.

Ketika kita memadukan bacaan-bacaan suci hari ini, ada beberapa pesan yang dapat kita pelajari:

Pertama: Selalu ada hukuman bagi dosa. Dosa hanya menarik jika kita menutup mata terhadap konsekuensinya. Jika kita berkata pada diri kita sendiri bahwa satu-satunya akibat dosa adalah kematian, maka seharusnya kita bisa menemukan keberanian untuk berkata “Tidak” kepadanya. Ibarat orang yang bermain api niscaya akan terbakar, atau yang bermain air pasti akan basah, demikianlah setiap dosa, sekecil apapun, seturut hakekatnya, niscaya akan mendatangkan hukuman. Dalam hal ini, benarlah apa yang pernah dikatakan Isaac Newton (1643-1727), seorang ahli matematika, fisika, dan astronomi terkenal asal Inggris,  “untuk setiap aksi, ada reaksi yang setara dan berlawanan”.

Kedua: Pentingnya puasa dalam proses pertobatan. Bahkan para dokter meresepkan puasa sebagai obat karena hal itu membantu tubuh secara fisik. Pada tingkat spiritual, puasa membantu roh kita mendapatkan kendali atas keinginan tak teratur daging kita. Orang yang tidak dapat berkata “Tidak” kepada dorongan dagingnya sendiri tidak akan pernah menemukan keberanian untuk berkata “Tidak” kepada iblis. Meskipun Yesus adalah Allah, Ia memulai pelayananNya dengan berpuasa dan berdoa selama 40 hari. Dengan berpuasa, Yesus belajar mendisiplinkan daging-Nya, dan dengan doa-Nya, Yesus memperoleh Kuasa. Penduduk Ninive berpuasa, mengenakan kain kabung, menyangkal diri mereka sendiri, mengubah jalan hidup mereka, dan Allah sungguh terkesan terhadap kemauan mereka untuk meninggalkan dosa-dosa.

Ketiga: Bertobat berarti menjadi terlepas dan melakukan perubahan-perubahan mendasar. Singkatnya, “bertobat bukanlah sekadar kata-kata”. Mengenai hal ini,  ada kisah tentang seorang pemuda yang barusan dibaptis.  Imam yang membaptisnya berkata kepadanya: “Mulai hari ini, nama Anda bukan lagi ‘Seseorang’, melainkan ‘Orang Kudus’. Kemudian, pemuda itu pun kembali ke rumahnya dan ia menemukan sebotol whisky  di dalam kulkas. Dia mengambil whisky itu, mencelupnya ke dalam air, lalu mengangkatnya, sambil berkata: “Mulai hari ini, nama Anda bukan lagi whisky, melainkan ‘air murni’. Seringkali, ketika kita berkata bahwa kita akan bertobat, sebenarnya kita sedang berusaha menipu diri sendiri. Pepatah mengatakan, “orang yang gagal merencanakan, sebenarnya merencanakan untuk gagal”. Dengan kata lain, “orang yang gagal melaksanakan niat baik, sebenarnya berniat untuk tidak melaksanakannya”.  Hanya orang bodoh yang terus-menerus melakukan hal yang sama, dan masih mengharapkan hasil yang berbeda. Sesungguhnya, dosa tidak mungkin terjadi tanpa persetujuan kita.  Sejujurnya, sebagian besar, bahkan 90% dari waktu, kita sebenarnya merencanakan untuk berbuat dosa. Bertobat berarti melakukan sesuatu secara drastis. Bertobat berarti memotong atau memutuskan, menarik diri, dan menjadi terlepas, sebagaimana dikatakan Santo Paulus dalam bacaan kedua hari ini: “mereka yang berurusan dengan dunia harus hidup seolah-olah mereka tidak berurusan dengannya” (Bdk. 1Kor 7:30-31). Karena itu, hendaklah kita berhenti menipu diri sendiri dan selanjutnya siap melakukan perubahan-perubahan mendasar. Dosa tidak terjadi begitu saja, tetapi ada hal-hal yang menyebabkannya. Jika kita menghendaki dosa meninggalkan hidup kita, maka kita harus merencanakan untuk melawannya.

Keempat: Bertobat menuntut langkah lebih lanjut dalam perjalanan kita bersama Tuhan. Dalam kisah tentang panggilan para murid pertama, kita melihat dimensi lain dari pertobatan. Begitu Yesus berkata kepada mereka, “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia!” (Mrk 1:17), mereka pun segera meninggalkan segala sesuatu dan mengikutiNya. Mereka tidak bertanya-tanya. Segelintir orang mungkin takut dengan apa yang akan terjadi pada bisnis mereka jika mereka berhenti berbohong kepada para pelanggan mereka. Beberapa dari kita mungkin bertanya-tanya, ‘dari mana uang akan diperoleh jika kita meninggalkan praktik-praktik seperti korupsi, pungli, mencuri, menipu, atau pun pemerasan, yang justru menghasilkan uang bagi kita?’ Bagaimana pun, janganlah kita takut.  Yesus berkata: “Ikutlah Aku, dan Aku akan merawatmu; Ikutlah Aku, dan Aku akan menjadikanmu penjala manusia; Ikutlah Aku, dan Aku akan membawamu ke tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi; Ikutlah Aku dan Aku akan memberikanmu damai sejati; Ikutlah Aku, dan hidupmu akan berubah!”.  Untuk itu, hendaknya kita pun berdoa, “Ya Tuhan Yesus, bantulah kami untuk benar-benar bertobat dan tidak pernah kembali lagi ke cara hidup kami yang penuh dosa!” Tuhan memberkati….Amin..

 

Leave a comment