Ut Omnes Unum Sint

26

Praeses Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui-Kupang, RD. Herman Punda Panda, bersama perwakilan dari para Frater mengikuti kegiatan Dialog Oikoumene dengan tema Ut Omnes Unum Sint (Semoga Mereka Semua Menjadi Satu) pada hari Sabtu, (30/10/2021) di Gereja GMIT Sion Camplong pukul 17.00 WITA. Kegiatan ini diprakarsai oleh Kelompok Solidaritas Misericordia, yang terdiri dari para pemuda dan pemudi lintas agama.

RD. Herman Punda Panda sedang memaparkan materinya
(ki-Ka) Moderator, RD. Herman Punda Panda, Pdt. Thress Saneh Bukang, S. Th

RD. Herman Punda Panda yang didaulat sebagai narasumber pertama mengatakan bahwa tema yang ditawarkan ini tidak terlepas dari peristiwa reformasi Gereja yang dicanangkan oleh Martin Luther yang memasang 95 tesis di pintu   gereja Wittenberg, 504 tahun yang lalu pada tanggal 31 Oktober 1517. “Siapa yang didoakan Yesus? Kesatuan macam mana yang didoakan Yesus? Para murid dan semua orang yang telah percaya, termasuk mereka yang telah didoakan oleh Yesus. Kesatuan itu bukan seperti kesatuan organisasi atau kepemimpinan, melainkan kesatuan rohani yaitu hidup dalam Kristus dimana Allah Bapa didalam kita sekalian, seperti Dia didalam Kristus dan kesatuan itu menjadi sempurna. Mereka semua yang telah percaya menjadi Komunitas yang dikuduskan dalam kebenaran, melalui Firman dan Tanda atau Sakramen,” jelas Romo Herman yang juga pengasuh mata kuliah Oikoumene bagi para mahasiswa-mahasiswi Fakultas Filsafat UNWIRA ini.

Para Frater bersama para peserta lainnya serius menyimak materi yang disampaikan

Lebih lanjut Romo Herman menjelaskan bahwa pemahaman lama kesatuan adalah gereja-gereja yang kelihatan (denominasi) harus berada dalam Gereja yang tak kelihatan, yang satu, Kudus, Katolik apostolik. “Namun sekarang, setelah Konsili Vatikan II (1962-1965), kesatuan yang diharapkan dan didoakan ialah kesatuan yang diinginkan Allah sendiri, dimana Allah yang tetap bekerja. sepanjang zaman. Oikoumene yang paling relevan adalah Oikoumene hidup dan Oikoumene spiritual. Oikoumene hidup seperti pertemuan ekumenis juga acara bersama antara gereja denominasi, sedangkan Oikoumene spiritual dapat diperoleh melalui dialog-dialog teologi,” kata Romo Herman sekaligus menutup sesi pertama ini.

Sesi diskusi dan tanya jawab

Pada sesi kedua, Pdt. Thress Saneh Bukang, S.Th dari Gereja GMIT Sion Camplong mengulas tentang spesialnya Dialog Oikoumene ini, karena hadirnya sesama saudara dari Gereja Katolik. Dialog adalah sebuah sarana yang mempertemukan mereka yang berbeda untuk saling memahami dan menjembatani perbedaan. Pdt. Thress melanjutkan bahwa sehubungan dengan tema ini,  kesatuan dimengerti sebagai runtuhnya “tembok pemisah”. “Jadi apakah kita harus menjadi satu gereja, yang harus satu organisasi dan keyakinan? Bukan demikian, melainkan sama-sama membangun hubungan yang akrab dengan Tuhan. Panggilan untuk bersaksi, dalam setiap perkataan dan perbuatan kita. Menjalankan misi agar setiap orang mengenal Kristus yang sama, dan tidak habis dengan dialog saja, tapi dalam satu hati, satu pikiran, serta satu tujuan. Perbedaan adalah harta yang menyatukan kita,” tutup Pdt. Thress dalam sesi kedua ini. Dialog pun dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab dari peserta kepada narasumber.

Comments
Loading...

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More