Siapakah Yang Sama Dengan Allah?

“Baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak dan Roh Kudus”

Hari Raya Tritunggal Mahakudus/B

0 51

Diceriterakan bahwa seorang Uskup pernah bertanya kepada anak-anak yang sedang menyiapkan diri untuk menerima Sakramen Krisma. Uskup bertanya, “Anak-anakku, apa artinya Tritunggal/Trinitas?” Lalu, seorang anak menjawab dengan suara yang sangat lemah dan hampir tidak bisa didengar oleh Uskup. Karena itu, Uskup pun berkata, “Anakku, saya tidak mengerti apa yang sudah kau katakan”.  Maka anak itu berkata kepada Uskup, “Baik, Bapa Uskup, Trinitas adalah sebuah misteri. Tidak seorang pun dapat memahaminya”. Mendengar jawaban itu,  Bapa Uskup pun tersenyum dan mengangguk sambil berkata, “Anakku,  benar jawabanmu. Engkau dapat menjadi Uskup masa depan”.

 

Pada hari ini Gereja merayakan Hari raya Tritunggal Mahakudus. Ini adalah bagian inti dari iman dan kepercayaan kristiani. Kita Percaya pada Satu Allah dengan tiga pribadi yang berbeda: Bapa, Putera dan Roh Kudus. Menurut Katekismus Gereja Katolik, pengakuan iman ini pertama kali diucapkan pada saat pembaptisan. Jadi pengakuan iman adalah pengakuan pembaptisan karena pembaptisan dilakukan dalam  “Nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat 28:19), maka kebenaran-kebenaran iman yang diakui waktu pembaptisan disusun sesuai hubungannya dengan Tiga Pribadi Tritunggal Mahakudus. (KGK 189). Dengan dasar ini maka setiap hari kita selalu menyapa Tritunggal dalam doa-doa kita. Kita selalu memulainya dengan Tanda Salib sebagai tanda kemenangan kita: “Dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus”.

Bacaan-bacaan liturgi pada hari ini memang tidak memberikan uraian yang jelas tentang doktrin Tritunggal Mahakudus. Doktrin Satu Allah dengan Tiga Pribadi yang berbeda tidak secara jelas diungkapkan di dalam Kitab Suci. Istilah Trintas sendiri tidak ditemukan di dalam Kitab Suci terutama Kitab Perjanjian Baru. Yang ada hanya uraian  tertentu yang diajarkan oleh Yesus. Dalam Injil Matius misalnya, Yesus memerintahkan para muridNya untuk pergi, menjadikan segala bangsa murid-muridNya dan membaptis mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Sedangkan Santo Paulus dalam bacaan kedua mengingatkan umat di Roma untuk hidup damai, dan memohon berkat dari Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Yesus sendiri memanggil Allah sebagai Bapa, “Abba”, dan mengajar para muridNya untuk menyapa Allah dengan sapaan yang sama, “Abba”, Bapa. Yesus sendiri mengatakan tentang Roh Kudus sebagai Roh yang keluar dari Bapa. Dan karena Yesus sebagai Sabda adalah satu dengan Bapa, maka Roh Kudus yang sama yang dijanjikan sebagai penolong, penghibur dan pembela adalah juga Roh Yesus sendiri. Yesus juga mengatakan bahwa barangsiapa melihat Dia, melihat Bapa. Inilah  sebuah model persekutuan yang begitu ilahi dan utuh.

Dalam konsep pemikiran kita, Tiga Pribadi dari Satu Allah ini memiliki perananNya sendiri-sendiri. Bapa sebagai Pencipta, Putera sebagai Penebus, sedangkan Roh Kudus menyucikan atau menguduskan. Yesus mengajar kita tentang persekutuanNya yang mendalam dengan Bapa dalam ikatan Roh Kudus. Yesus adalah Sabda yang sudah ada sebelum dunia dijadikan. Selanjutnya, kita juga dapat memahami misteri Trinitas dalam peristiwa Inkarnasi (penjelmaan sang Sabda menjadi Daging/Manusia dalam diri Yesus Kristus). Ketika itu, Malaikat Gabriel datang kepada Bunda Maria dan mengatakan bahwa Maria akan mengandung dari Roh Kudus. Di sini, Malaikat sebagai Utusan Allah Bapa, menyampaikan salam dan berita sukacita kepada Maria bahwa oleh kuasa Roh Kudus, ia akan mengandung dan melahirkan Yesus yang adalah Putera (Allah).

Di dalam sejarah keselamatan, Allah telah menaruh belas kasihNya kepada Umat Israel. Untuk itu (sebagaimana kita dengar dalam bacaan pertama tadi), Musa mengajak Umat Israel untuk bersyukur kepada Allah yang telah membebaskan mereka dari perbudakan Mesir dan menuntun  mereka ke tanah terjanji. Karena itu Musa juga menginginkan agar umat Israel memiliki hubungan/relasi yang mendalam dengan Allah. Mereka menjadi umat pilihan Allah dalam perjanjian yang diadakan Yahwe bersama Musa yang mewakili mereka/Israel. Inilah Perjanjian Lama/Pertama, yang kemudian disempurnakan oleh Yesus dalam Perjanjian Baru, melalui darahNya yang tertumpah di kayu salib. Dengan darah Perjanjian Baru ini, Yesus sebagai Anak, telah menunjukkan kasih dan kesetiaanNya yang total dan paripurna kepada BapaNya yang telah lebih dahulu setia dan mengasihiNya. Dengan demikan, Yesus telah membaharui Perjanjian Pertama, yang sering diwarnai ketidaksetiaan dari pihak manusia. Inilah rahmat istimewa yang dikerjakan Yesus, dengannya kita ditebus sekaligus diangkat menjadi anak-anak Bapa yang Mahakasih. Karena itu, (dalam bacaan kedua tadi) Santo Paulus mengingatkan jemaat di Roma tentang kasih Bapa sekaligus rahmat melalui Yesus Kristus dalam persekutuan Roh Kudus. Roh Kudus inilah yang mempersatukan pribadi-pribadi menjadi anak-anak Allah. Dengan demikian, sapaan yang diucapkan Yesus menjadi juga sapaan setiap kita, “Abba”, ya Bapa!

Inilah warta sukacita Yesus yang harus diteruskan oleh para rasulNya. Sesungguhnya Yesus punya rencana istimewa bagi para rasulNya untuk meneruskan pertumbuhan Kerajaan Allah yang telah dimulaiNya selama masa hidupNya di dunia ini. Karena itu, menjelang kepergian kepada BapaNya di Surga, Yesus berpesan kepada mereka untuk menjadikan segala bangsa muridNya dan membaptis mereka dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus.

Trinitas/Tritunggal memang adalah sebuah misteri iman yang tidak dapat diselami sepenuhnya oleh manusia yang terbatas. Walau demikian, kita dapat merasakanNya dalam pertumbuhan iman kita. Hari Raya Tritunggal Mahakudus adalah HR cinta kasih sejati. Tritunggal adalah model cinta kasih yang saling memberi, saling melengkapi, menyempurnakan dan saling menguduskan.

Karena itu, hendaknya kita juga menghayati semangat cinta Tritunggal ini di dalam hidup kita sehari-hari. Hal konkret yang dapat kita lakukan antara lain: senantiasa bersyukur atas rahmat sakramen Pembaptisan ketika kita dikuduskan dalam Nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus, dengannya kita ditebus sekaligus diangkat menjadi anak-anak Allah yang terkasih.  Kita juga diingatkan untuk membuat tanda salib yang benar: Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap akal budimu (dahi), dengan segenap  hatimu (di dada), dan dengan segenap kekuatanmu (di bahu kiri dan kanan). Atau Kasihilah Tuhan Allahmu (dahi), kasihilah dirimu sendiri (dada), dan kasihilah sesamamu (bahu kiri) dan kasihilah juga musuh-musuhmu (bahu kanan). Semoga Tritunggal Mahakudus senantiasa menjiwai seluruh hidup kita….Amin!!!

Leave a comment