Sebuah edisi majalah TIME pada tahun 1984 menampilkan cover/sampul yang mengejutkan. Ia memperlihatkan sel penjara di mana dua orang duduk di kursi lipat logam. Pria muda mengenakan sweater berkerah biru, celana jeans biru, dan sepatu sport putih. Pria tua mengenakan jubah putih dan topi bundar putih di kepalanya. Mereka duduk saling berhadapan, dekat dan personal. Mereka cuma berbisik, agar orang lain tidak mendengar percakapan mereka. Pria muda itu adalah Mehmet Ali Agza, pembunuh yang nyaris berhasil membunuh Paus pada tanggal 13 Mei 1981. Pria lain yang lebih tua adalah Paus Yohanes Paulus II, yang menjadi korban yang disasar sang penembak. Paus memegang tangan yang pernah memegang pistol yang pelurunya menembus tubuhnya. Inilah ikon kerahiman/belas-kasih yang hidup. Pengampunan Yohanes Paulus sangat Kristiani. Perbuatannya terhadap Ali Agza mengatakan seribu kata. Dia memeluk musuhnya dan memaafkannya. Saat pertemuan mereka berlangsung selama 20 menit, Ali Agza mengangkat tangan Paus ke dahinya sebagai tanda penghormatan. Yohanes Paulus menggenggam tangan Ali Agza dengan lembut. Ketika Paus meninggalkan sel tersebut, dia berkata, “Apa yang kita bicarakan harus tetap menjadi rahasia di antara kita. Saya berbicara padanya sebagai saudara yang telah saya maafkan dan yang memiliki kepercayaan sepenuhnya kepada saya.” Inilah contoh dari Kerahiman Ilahi Allah; kerahiman yang sama yang disaksikan oleh Santa Faustina.
Bacaan-bacaan suci pada hari Minggu II Paskah ini berkisar tentang Kerahiman Ilahi Tuhan, pentingnya iman kepercayaan yang teguh, dan kebutuhan kita akan pengampunan dosa dari Allah. Bacaan pertama dari Kisah Para Rasul, menekankan perbuatan-perbuatan jasmani dari belas-kasihan (kerahiman) yang dipraktikkan oleh komunitas Kristen awal sebelum orang Yahudi dan Romawi mulai menindas mereka. Dengan mempraktikkan kasih yang berbagi, belas kasihan, dan kerahiman Allah yang diajarkan Yesus, komunitas saksi ini memperoleh kekuatannya dari doa bersama, “Memecahkan Roti,” dan pengajaran para rasul, yang dibacakan dalam ibadah.
Bacaan kedua dari Surat Pertama Yohanes, membahas praktik perbuatan belas-kasih jasmani dan rohani dengan taat pada Sepuluh Perintah Perjanjian Lama dan fokus pada perintah Yesus untuk mengasihi sesama seperti Dia mengasihi kita dengan kasih agape tanpa pamrih dan pengorbanan diri. Mengasihi sesama seperti Yesus mengasihi kita juga menuntut kita untuk memperlakukan sesama dengan kerahiman dan belas kasih Allah.
Dalam Injil hari ini, saat kita mengenangkan penampakan Yesus kepada Para Rasul pada malam Paskah pertama itu, kita diingatkan secara jelas akan Sakramen Tobat sebagai kekuatan untuk mengampuni dosa yang diberikan oleh Tuhan kita kepada Para Rasul-Nya, “barangsiapa yang kamu ampuni dosanya, akan diampuni; dan barangsiapa yang tidak kamu ampuni dosanya, dosanya tetap ada” (Bdk. Yoh 20:23).
Uskup Robert E. Barron berkata: “Injil kita hari ini yang luar biasa indah, menyatakan bahwa tidak ada manifestasi rahmat Ilahi yang lebih besar daripada pengampunan dosa. Tuhan yang bangkit menampakkan Diri kepada murid-murid-Nya dan menyapa mereka dengan Shalom, “damai sejahtera”. Selanjutnya, Dia memberikan kepada mereka tugas yang luar biasa: “Terimalah Roh Kudus. Barangsiapa kamu ampuni dosanya, dosanya akan diampuni; dan barangsiapa kamu tahan dosanya, dosanya tetap ada”. Belas-kasih dan kerahiman Yesus disampaikan kepada murid-murid-Nya, yang pada gilirannya akan diutus untuk menyampaikannya kepada dunia. Inilah dasar bagi Sakramen Tobat, yang telah ada di dalam Gereja sejak saat itu sampai hari ini, sebagai sarana terberkati dari kerahiman Ilahi.” Injil hari ini juga menekankan pentingnya Iman akan Kehadiran Tuhan yang maharahim, yang Bangkit mulia dari kematian. Percaya tanpa melihat merupakan pengalaman setiap orang Kristen yang hidup sesudah zaman Yesus. Kita diundang untuk menerima pembebasan dari keraguan dan kebimbangan dengan menyerahkan hidup kita kepada Tuhan maharahim yang bangkit mulia. Hendaklah kita memohon kepada Allah Bapa untuk membuka hati kita agar kita dapat menerima belas-kasih dan kerahimanNya dalam bentuk Roh Kudus.
Pesan Kerahiman Ilahi adalah sesuatu yang dapat kita kenangkan dengan hanya mengingat tiga hal berikut. Pertama: Mintalah Belas-kasih dan KerahimanNya. Allah ingin kita mendekat kepada-Nya dalam doa secara terus-menerus, bertobat dari dosa-dosa kita, dan memohon kepada-Nya untuk mencurahkan belas-kasihNya atas kita dan seluruh dunia. Kedua: Berbelas-kasih-lah. Allah ingin kita menerima belas-kasih dan kerahimanNya, serta membiarkannya mengalir melalui kita kepada orang lain. Dia ingin kita memberikan belas-kasih dan pengampunan kepada orang lain sama seperti yang dilakukan Tuhan kepada kita. Ketiga: Percayalah sepenuhnya kepada Yesus. Allah ingin kita tahu bahwa penerimaan kita akan rahmat belas-kasih-Nya bergantung pada iman-kepercayaan kita. Semakin kita percaya kepada Yesus, semakin banyak yang akan kita terima. Mudah-mudahan…Amin!!!