Siapakah Yang Sama Dengan Allah?

HR. Epifani (Penampakan Tuhan)

0 55

Konon pernah dilakukan  survei di antara anak-anak sekolah mengenai sebab atau alasan  mereka begitu  tertarik membaca novel dan menonton film Harry Potter. Jawaban paling umum yang diberikan adalah, “Karena Anda tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya!” Dengan kata lain, rasa penasaran akan kejutan-kejutan tak terdugalah yang menjadi motif atau alasan, mengapa mereka  begitu tertarik dengan karya-karya Harry Potter. Motif dan alasan ini jugalah yang mendorong banyak orang untuk menonton tujuh episode film Star Wars atau film James Bond; atau yang memotivasi para penjelajah hebat seperti Marco Polo dan Christoforus Columbus untuk melakukan perjalanan berisiko dan penuh petualangan.greensandseeds.com bogner overal bogner overal propiedadesenrepublicadominicana.com mindfulmusclellc.com mindfulmusclellc.com greensandseeds.com onlysxm.com maison-metal.com onlysxm.com mindfulmusclellc.com jorgensenfarmsinc.com lego friends lego friends lego friends jorgensenfarmsinc.com propiedadesenrepublicadominicana.com

Bacaan Injil hari ini berkisah tentang para Majus dari Timur yang berjalan  mengikuti tuntunan Bintang ajaib menuju ke Betlehem untuk mencari dan menemukan Bayi Yesus yang barusan lahir. Perjalanan mereka ini sesungguhnya juga didorong oleh rasa penasaran akan kejutan-kejutan tak terduga. Seperti bintang yang terbit (Bdk. Bil 24:17), Yesus datang untuk menerangi semua bangsa dan mencerahkan malam gelap umat manusia. Hari ini, bersama para Majus, kita diajak untuk memandang ke langit sambil bertanya: “Di manakah  Anak yang telah lahir?” (Mat 2:2). Di manakah kita dapat menemukan dan mengalami Tuhan kita?

Dari pengalaman para Majus, kita belajar bahwa tempat pertama di mana Tuhan senang dicari adalah dalam rasa penasaran. Petualangan menarik para Majus dari Timur ini mengajarkan kita bahwa iman tidak lahir dari jasa, pemikiran, dan teori kita sendiri. Sebaliknya, iman adalah karunia Allah. Kasih-Nya membantu kita untuk menghilangkan rasa apatis kita dan membuka pikiran kita untuk terus-menerus mengajukan pertanyaan penting dalam hidup. Pertanyaan yang menantang kita untuk meninggalkan dugaan bahwa semuanya baik-baik saja; pertanyaan yang membuka diri kita terhadap apa yang ada di luar kita. Bagi para Majus, inilah sebuah awal, yakni kegelisahan mereka yang bersedia mengajukan pertanyaan. Dipenuhi kerinduan akan yang tak terbatas, mereka menyelidiki cakrawala, terpesona oleh kecerahan bintang, mengalami pencarian yang menginspirasi kemajuan peradaban; pencarian hati manusia yang tanpa lelah. Bintang ajaib itu meninggalkan mereka dengan pertanyaan: Di manakah Anak yang telah lahir?

Kapan saja perjalanan iman dimulai, oleh rahmat Allah, kita memberi ruang bagi kegelisahan yang membuat kita tetap terjaga dan waspada. Perjalanan iman itu dimulai ketika kita bersedia mengajukan pertanyaan, ketika kita tidak puas dengan rutinitas harian kita dan serius menghadapi tantangan setiap hari yang baru. Ketika kita keluar dari zona nyaman kita dan memutuskan untuk menghadapi aspek-aspek tidak nyaman dalam hidup: entah hubungan kita dengan orang lain, peristiwa-peristiwa tak terduga, proyek-proyek yang harus dijalankan, mimpi-mimpi yang harus diwujudkan, berbagai kecemasan dan ketakutan yang harus dihadapi, ataupun aneka penderitaan fisik dan mental. Pada saat-saat seperti itu, di dalam hati kita yang paling dalam, kita menemukan diri kita di hadapan pertanyaan yang tak terbendung yang membawa kita untuk mencari Tuhan: Di mana saya menemukan kebahagiaan? Di mana saya menemukan kehidupan yang penuh seperti yang saya dambakan? Di mana saya menemukan cinta yang tidak pudar, cinta yang tetap abadi meskipun dihadapi dengan kelemahan, kegagalan, dan pengkhianatan? Peluang-peluang tersembunyi apa saja yang ada di tengah-tengah krisis dan penderitaan saya?

Hari ini Gereja merayakan Epifani atau Penampakan Tuhan; sebuah manifestasi, penyataan Yesus kepada dunia luar atau bangsa-bangsa lain yang bukan Yahudi. Selain itu, Epifani juga berarti penemuan luar biasa atau wahyu yang besar. Inilah peringatan tentang kedatangan para Majus atau Tiga Sarjana dari Timur (dahulu Persia, sekarang Iran) ke Bethlehem untuk menemui dan menyembah bayi Yesus. Jauh  sebelum kelahiran Kristus, kitab Mazmur telah meramalkan bahwa “…raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau akan membawa persembahan-persembahan;….raja-raja Arab dan Seba akan membawa upeti kepadanya: dan… semua raja bumi akan menyembahnya” (Mzm 72:10). Beberapa tradisi kuno menggambarkan para Majus dalam tiga warna: hitam, coklat, dan putih, yang mewakili ras-ras berbeda di dunia, sekaligus mengekspresikan universalitas bangsa-bangsa, serta misi Yesus yang merangkul semua.

Kisah para Majus atau para Sarjana dan kunjungan mereka kepada bayi Yesus di Betlehem sesungguhnya sangat mendidik. Pertama, para Sarjana ini adalah ahli-ahli astrologi (ilmu perbintangan) dan juga penafsir mimpi. Mereka juga dikenal sebagai para Majus, yang berarti tukang sihir. Menarik untuk melihat bagaimana pengetahuan mereka tentang astrologi membantu mereka melacak di mana Yesus dilahirkan. Namun, keahlian alamiah ini tidaklah cukup karena ternyata mereka toh tersesat. Inilah sebabnya mengapa mereka pergi ke istana Herodes untuk bertanya. Selanjutnya, para Imam Kepala dan Ahli-ahli Taurat (yang dimintai bantuannya oleh Herodes) harus merujuk pada Kitab Suci untuk mengingat bahwa seorang penyelamat akan dilahirkan di Bethlehem. Karena itu, bukan hanya Bintang ajaib, melainkan juga cahaya Firman Allah yang membawa para Sarjana itu ke kandang, di mana Yesus dilahirkan. Dengan demikian, tindakan Ahli-ahli Taurat dan para Imam Kepala yang bereferensi pada Sabda Allah menunjukkan bahwa Yesus, Firman Allah yang menjadi daging, adalah jalan bagi semua yang tersesat, untuk dapat menemukan jalan yang benar. Dalam hal ini, para Majus atau para Sarjana adalah orang-orang yang berpengetahuan, tetapi mereka bukanlah orang-orang yang mahatahu. Mereka membutuhkan rahmat supra-natural berupa Firman yang melengkapi pengetahuan alamiah mereka, dengannya mereka dapat dituntun menuju Allah. Kedua, para Majus atau para Sarjana itu bukanlah orang Yahudi, tetapi mereka datang untuk menyembah Mesias. Inilah tanda lain bahwa Yesus, sang Raja Damai, datang untuk meruntuhkan tembok-tembok suku, ras, golongan ataupun agama.

Epifani juga dikenal sebagai perayaan cahaya untuk menggambarkan kedatangan bayi Yesus, Terang dunia. Dalam bacaan pertama hari ini, Nabi Yesaya meminta umat Israel untuk memanfaatkan cahaya ini dengan bangkit dan bersinar. Dia berkata, “Bangkitlah dan bercahayalah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu” (Yes 60:1). Demikian pula, Yesus mengajar murid-murid-Nya, “Hendaklah terangmu bersinar di hadapan manusia, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Mat 5:16). Bangkit dan bersinar berarti kita harus tumbuh-mekar di mana pun kita ditanam. Bangkit dan bersinar juga berarti bahwa kita bisa menjadi lebih baik dari apa yang kita raih hari ini dan bisa pergi lebih jauh dari tempat kita berada hari ini.

Kita dipanggil untuk bangkit dari kelemahan kita, bangkit dari pikiran negatif kita, bangkit dari dosa kita, bangkit dari kegelapan ke dalam cahaya indah yang datang, bangkit dari ketakutan kita, bangkit dari kualitas kita yang biasa-biasa saja, dan terbang lebih tinggi seperti elang. Bangkit dan mengambil tempat yang telah disiapkan Tuhan bagi kita dan berada pada posisi di mana Tuhan telah menempatkan kita. Dalam hal ini, kita perlu membersihkan debu dari emas agar dapat bersinar lebih terang. Mudah-mudahan….Amin!!!

Leave a comment