Komunitas Seminari Tinggi St. Mikhael kembali menggelar konferensi bulanan yang dipimpin langsung oleh Praeses, RD. Theodorus Silab. Kegiatan ini merupakan bagian dari pembentukan formasi hidup para calon imam, mulai dari para frater filosofan hingga frater teologan.
Konferensi berlangsung pada Selasa, 21 Oktober 2025, pukul 20.00-22.00 WITA, bertempat di Kapela Seminari Tinggi St. Mikhael. Topik utama yang dibahas adalah pembaharuan sistem formasi dalam Komunitas Seminari Tinggi St. Mikhael, yakni transformasi dari sistem pembinaan yang sebelumnya berfokus pada masing-masing konvik keuskupan (Keuskupan Agung Kupang, Keuskupan Atambua, dan Keuskupan Weetabula-Sumba), menjadi sistem pembinaan yang terintegrasi secara menyeluruh, tanpa adanya pemisahan dalam ketiga Konvik Keuskupan tersebut.
Dalam konferensi, RD. Theodorus Silab menyampaikan beberapa poin penting terkait pembaharuan sistem formasi. Pertama, bahwa inisiator utama dari pembaharuan sistem formasi di Komunitas STSM adalah ketiga Uskup Regio Nusra Selatan, yaitu Mgr. Hironimus Pakaenoni, Mgr. Dominikus Saku dan Mgr. Edmundus Woga. Kedua, sistem pembinaaan yang terintergasi ini sebenarnya bukanlah sistem formasi yang baru sama sekali, melainkan diadopsi kembali dari sistem formasi yang diterapkan sekitar dua belas tahun silam oleh Komunitas STSM. Ketiga, pergantian sistem formasi menuntut adanya pembaharuan secara struktural dalam komunitas, mulai dari struktur kepemimpinan hingga struktur kegiatan pembinaan yang selama ini dijalankan dalam komunitas. Keempat, besar harapan dari ketiga Uskup Regio Nusra selatan bahwa transformasi statuta pembinaan yang telah disepakati tersebut dapat mendorong kembali semangat kesatuan dalam keseluruhan tubuh Komunitas Seminari.
Selain itu, setelah menjelaskan pembaharuan sistem formasi, Romo Praeses juga memberikan penjelasan mengenai FABC (Federation of Asian Bishop’s Conferences/ Federasi Konferensi Para Uskup se Asia). Selanjutnya, Romo yang pada 28 April-1 Mei 2025 lalu mengikuti sidang para Rektor Seminari Tinggi se Asia di Bangkok, mengingatkan para frater untuk mengetahui dan memahami dokumen-dokumen Gereja Katolik.
“Salah satu hal yang yang ditekankan oleh sidang itu adalah para frater harus mengenal dan memahami dengan baik dokumen-dokumen Gereja.”
Di akhir konferensi, RD. Theodorus Silab menegaskan bahwa dalam proses adaptasi sistem formasi yang dijalankan, para frater dihimbau untuk turut bekerja sama dalam membangun hubungan kerja baru berdasarkan fungsi dan tanggung jawab masing-masing, agar lewat pemberlakuan sistem formasi yang terintegrasi ini, komunitas STSM menemukan kembali semangat kesatuan yang utuh sebagai satu keluarga besar.
(Laporan: Fr. Richard Sonbay)



