
Penfui, Mikhael_News – Bertepatan dengan pesta St. Teresia dari Kanak-Kanak Yesus, Komunitas Seminari Tinggi St Mikhael merayakan Misa pembukaan Bulan Rosario pada hari Rabu, (01/10/2025), pukul 16.30 WITA, di pelataran Gua Maria Ratu Para Imam, Seminari Tinggi St. Mikhael yang menjadi awal rangkaian devosi kepada Bunda Maria sepanjang bulan Oktober.
Dalam tradisi Gereja Katolik, bulan Oktober secara khusus didedikasikan untuk Bunda Maria sebagai Ratu Rosario. Gereja menetapkannya karena setiap tanggal 7 Oktober, dirayakan Pesta Bunda Maria Ratu Rosario. Pesta ini awalnya disebut Our Lady of Victory dan ditetapkan oleh Paus Pius V untuk memperingati kemenangan pasukan Kristen dalam pertempuran Lepanto (1571), sebuah kemenangan yang diyakini sebagai buah doa Rosario yang dipanjatkan oleh seluruh orang beriman.
Misa pembukaan ini dipimpin oleh Romo Iren, selaku selebran utama, didampingi oleh Romo Herman sebagai imam konselebran. Hadir pula para frater, suster serta umat beriman yang dengan penuh syukur dan khidmat mengikuti perayaan ini. Melalui perayaan ini, seluruh umat diajak untuk semakin menghormati Bunda maria sebagai Bunda Gereja.
Doa Rosario: Jalan Kontemplasi
Dalam homilinya, Romo Iren menekankan makna doa rosario, bahwa doa ini bukan hanya sebagai untaian doa-doa repetitif, melainkan sebagai tindakan kontemplatif yang mempersiapkan hati untuk menerima Sabda Allah.
“Rosario bukan sekadar tradisi, tetapi latihan batin yang membuka hati kita agar siap menyambut Sabda Tuhan. Ketika kita mendaraskan setiap ‘Salam Maria’, kita diajak masuk dalam kisah keselamatan, bersama Bunda Maria yang setia,” ungkap Romo Iren.
Lebih lanjut dalam homilinya juga Romo Iren menggarisbawahi dua pesan pokok untuk kita dalam hidup berkomunitas yakni bertobat dan menjadi seperti anak kecil seperti yang disampaikan dalam bacaan pada hari ini. Bertobat sebagai langkah awal untuk kembali pada Tuhan dengan kerendahan hati dan menjadi seperti anak kecil, kita menghayati kembali iman dengan kesederhanaan, kepolosan, dan ketulusan sebagaimana yang dikehendaki oleh Yesus.
“Yesus sendiri berkata, jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga,” ungkapan ini, mengingatkan kita untuk tidak kehilangan semangat pertobatan dan kesederhanaan hidup. Kepada para frater, Romo Iren memberikan peneguhan khusus tentang makna panggilan hidup religius. Ia menegaskan bahwa panggilan bukanlah sebuah karier yang dikejar demi ambisi pribadi, melainkan ladang pengabdian yang menuntut kesetiaan, perjuangan, dan semangat melayani.
“Jangan jadikan panggilanmu sebagai karier. Panggilan adalah anugerah yang harus dihidupi dengan rendah hati dan terus diperjuangkan. Tuhan memanggil, bukan untuk memuliakan kita, tapi untuk menyelamatkan banyak jiwa melalui kita,” tegas Romo Iren.
Sebagai penutup homili, Romo Iren menyanyikan sebuah lagu yang berjudul “Rosario” karya Ivan Nestrom. Lagu tersebut menjadi pengingat bahwa rosario bukan hanya doa lisan, melainkan nyanyian jiwa yang mengiringi langkah hidup umat beriman. Semoga momen ini menjadi sebuah refleksi bagi seluruh umat, khususnya bagi para frater untuk semakin menumbuhkan kehidupan devosi kepada Bunda Maria yang adalah Ratu Para Imam dan sekaligus peneguh panggilan bagi para calon imam. (Fr. Dandi Baru)