
Keheningan Bersama Bunda Maria: Rekoleksi Bulanan Fratres Seminari Tinggi St. Mikhael dalam Suasana Duka atas Meninggalnya Mgr. Petrus Turang
Bersama RD. Valens Boy dengan tema: “Bunda Maria Menurut Kitab Suci”
Mikhael_News Kupang, 5 April 2025 — Suasana hening dan penuh refleksi menyelimuti Kapela Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui-Kupang pada Sabtu malam, 5 April 2025, saat seluruh frater mengikuti rekoleksi bulanan yang dipimpin oleh RD. Valens Boy. Rekoleksi yang berlangsung dari pukul 18.00 hingga 19.00 WITA tersebut mengambil tema “Bunda Maria Menurut Kitab Suci”, dan menjadi momen doa yang syahdu di tengah suasana duka mendalam atas meninggalnya Uskup Emeritus Keuskupan Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang pada 04 April 2025 di Jakarta.
Mengawali rekoleksi, Romo Valens menyampaikan ungkapan belasungkawa yang tulus dan mengajak seluruh frater untuk menjaga ketenangan malam ini sebagai bentuk penghormatan dan doa bagi almarhum Mgr. Petrus Turang.
Melalui rekoleksi ini, malam hari ini hingga besok adalah keheningan kita bersama Monsinyur Petrus Turang sembari kita berdoa untuk keselamatannya, karena saya tahu, Uskup Turang adalah pribadi yang memiliki devosi yang amat kuat terhadap Bunda Maria,
tutur Romo Valens, dengan suara bergetar menyentuh hati para frater yang hadir.
Dalam suasana yang hening dan penuh khidmat, para frater bersama-sama membuka Injil Lukas 1:26-38, bacaan Injil yang menjadi dasar refleksi malam ini. Sebagai dosen Kitab Suci, Romo Valens menguraikan secara mendalam peran Bunda Maria dalam keempat Injil, yang masing-masing menggambarkan Maria dalam nuansa yang unik namun saling melengkapi.
Dalam Injil Matius, Romo Valens menjelaskan bahwa narasi oleh Penginjil Matius lebih menonjolkan figur Yusuf, menjadikannya sebagai Injil yang bersifat patrilinear, karena silsilah Yesus ditarik garis keturunan-Nya dari Abraham hingga Yusuf suami Maria, lalu dari Maria lahir Yesus yang disebut Kristus (Mat. 1:16).
Sementara itu, Injil Markus disebutnya sebagai injil bernapas pendek, karena menyebut Maria hanya sekali, dan itupun dengan sebutan “ibu”. “Dalam Injil Markus, Yesus tampak lebih banyak berinteraksi dengan perempuan-perempuan lain dibandingkan dengan Bunda-Nya sendiri,” ujar Romo Valens.
Berbeda dengan kedua Injil tersebut, Injil Lukas disebut sebagai Injil yang paling memberi ruang dan penghormatan kepada Bunda Maria. “Kalau Matius patrilinear, maka Lukas adalah injil matrilinear,” ujar Romo Valens. Dari salam Malaikat Gabriel di awal Injil, hingga kehadiran Maria di ruang atas bersama para rasul dalam Kisah Para Rasul, Injil Lukas menempatkan Bunda Maria juga sebagai “Alfa dan Omega” melalui partisipasinya dalam karya keselamatan putranya Yesus Kristus.
Sementara Injil Yohanes, lanjut Romo Valens, menampilkan Bunda Maria dalam dua peristiwa penting: saat mukjizat di Kana dan di bawah kaki salib. Dalam pesta perkawinan di Kana, Bunda Maria rasa-rasanya sebagai bagian dari tuan pesta di Kana yang memperkenankan terjadinya mujizat pertama yang dilakukan oleh Yesus yaitu mengubah air menjadi anggur. Dan peristiwa kedua yaitu di bawah kaki salib Yesus pada saat peristiwa penyaliban-Nya, di mana Maria sebagai Bunda yang Berdukacita. Dua peristiwa ini menjadi simbol kehadiran Maria sebagai Bunda yang penuh kasih dan pengorbanan, yang mendampingi Putranya dalam sukacita dan dukacita.
Menutup rekoleksi, Romo Valens memutar sebuah lagu berjudul “A Vose de Maria” yang menggema lembut di kapela St. Mikhael. Kemudian, Romo Valens bersama seluruh frater mendaraskan satu kali doa Salam Maria secara khusus bagi keselamatan jiwa Mgr. Petrus Turang, yang pada hari ini telah disemayamkan di Gereja Kristus Raja Katedral Kupang.
Rekoleksi ini bukan hanya menjadi momen penguatan rohani, tetapi juga menjadi ruang keheningan yang penuh kasih bagi para frater dalam mengenang sang gembala mereka, seorang uskup yang setia, bijaksana dan penuh cinta bagi Gereja, terutama melalui spiritnya: “Berkeliling sambil berbuat baik”.