Menggapai Kebijaksanaan: Romo Okto Naif Serukan Pentingnya Pengenalan Diri melalui Keheningan
Dalam Konferensi Bagi Para Frater di Seminari Tinggi St. Mikhael
Mikhael News_, Para frater Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui-Kupang kembali mengadakan konferensi bulanan pada Sabtu, 14 September 2024. Kegiatan yang berlangsung di Kapela Seminari tersebut dimulai pukul 17.30 WITA dan dihadiri oleh seluruh frater. Konferensi kali ini dipimpin oleh Rm. Okto Naif, Pr, yang membawakan sejumlah tema penting terkait kebijaksanaan dan pengenalan diri.
Dalam pemaparannya, Romo Okto mengutip Kitab Putra Sirakh 4:11-19, yang menekankan nilai kebijaksanaan. Beliau menjelaskan bahwa kebijaksanaan bukan hanya soal pengetahuan, tetapi lebih kepada penerapan kebaikan dalam hidup sehari-hari.
“Kebijaksanaan harus dicari, diraih, dan dipraktikkan dalam setiap aspek kehidupan, terutama dalam perjalanan panggilan hidup sebagai imam,” kata Romo Okto.
Lebih lanjut, Romo Okto mengajak para frater untuk memiliki waktu khusus untuk keheningan (silentium) guna mengenal diri lebih dalam.
“Miliki waktu hening untuk mengenal diri,” tegasnya.
Menurutnya, keheningan membantu manusia memahami jati dirinya di hadapan Allah, sekaligus mendengar panggilan Tuhan dengan lebih jelas.
Salah satu ungkapan penting yang ditekankan Romo Okto adalah,
“Sibuk tanpa isi adalah beresiko besar.”
Ia mengingatkan para frater agar tidak terjebak dalam kesibukan yang kosong tanpa arah dan tujuan yang jelas. Kesibukan tanpa refleksi dan pengisian spiritual bisa berbahaya bagi perkembangan diri, terutama dalam perjalanan menjadi imam.
Selain itu, Romo Okto menekankan pentingnya para frater mencapai tahap pengenalan diri yang mendalam, yang ia sebut dengan proses AUDIT dan EDIT.
“Frater harus teliti pada diri sendiri, melakukan audit terhadap kelebihan dan kekurangan diri. Setelah itu, terus melakukan edit, atau perbaikan secara berkelanjutan,” jelas Romo Okto.
Menurutnya, setiap frater diharapkan dapat mengeluarkan ‘edisi baru’ dari dirinya setiap tahun, menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam hal rohani, moral, dan tanggung jawab sosial.
Poin penting lainnya yang dibahas adalah mengenai pengenalan diri sebagai gambar dan rupa Allah. Romo Okto menjelaskan bahwa manusia, sebagai ciptaan yang serupa dengan Allah, harus meneladani tiga aspek utama: spiritualitas (rohani), bonum morale (kebaikan moral), dan solidaritas. Ia mengingatkan para frater bahwa menjadi gambar Allah berarti hidup dalam semangat kebaikan, mengembangkan rohani, dan bersikap solider terhadap sesama.
Konferensi berakhir pada pukul 19.00 WITA, diakhiri dengan refleksi dan doa bersama. Kegiatan ini diharapkan dapat memperkaya para frater dalam perjalanan panggilan mereka menuju imamat, sekaligus memberikan bekal spiritual yang mendalam.