Dunia sedang dilanda kekhawatiran dan kecemasan akibat wabah pandemi coronavirus disease, atau yang sering disebut dengan istilah COVID-19, tak terkecuali Indonesia. Segala bidang kehidupan sulit untuk menghindar dari wabah ini dikarenakan proses penularannya yang sangat cepat. Tidak banyak yang dapat dilakukan pemerintah sebagai organisator kehidupan bermasyarakat selain terus memberikan himbauan kepada seluruh lapisan masyarakat agar lebih sering mencuci tangan, tidak menyentuh wajah dengan tangan, menjaga jarak dengan orang lain serta menutup mulut dan hidung dengan siku bagian dalam saat bersin atau batuk. Himbauan terakhir dari pemerintah yang sifatnya wajib adalah menggunakan masker jika keluar dari rumah dengan alasan penting yang masuk akal, ditambah dengan pemberian vaksin yang sifatnya tidak wajib.
Di Kota Kupang sendiri, jumlah kasus Covid-19 semakin hari cenderung semakin meningkat. Berbagai slogan seperti #dirumahaja atau WFH (Work From Home) menjadi semakin familiar dan urgen karena segala aktivitas masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan semakin dibatasi dalam skala yang besar, tidak terkecuali berbagai aktivitas pelayanan rohani yang diberikan kepada umat Katolik oleh para imam atau para petugas liturgi lainnya. Beberapa fakta yang dapat dikemukakan di sini sebagai pendukung pernyataan saya tadi ialah seperti pelaksanaan perayaan ekaristi yang dilakukan secara daring serta peniadaan kegiatan-kegiatan umat seperti katekese dan latihan koor. Hal terakhir yang mungkin menjadi hal yang paling memperihatinkan ialah tidak adanya pelayanan ibadat dan pemberkatan bagi jenazah para korban yang telah terpapar virus Covid-19.
Aktivitas Rohani Melalui Media Daring
Masa pandemi memang telah menimbulkan banyak kerugian bagi berbagai pihak. Banyak sektor kehidupan yang mengalami keterdesakan sehingga harus rela menuai kerugian yang jumlahnya tidak sedikit. Karena itu, upaya maksimalisasi penggunaan media daring kini menjadi jalan keluar satu-satunya bagi banyak pihak untuk dapat menemukan hasil yang lebih baik lagi. Kemajuan media daring yang mempunyai pengaruh besar bagi penyebaran informasi secara cepat kini juga merambah bidang rohani dalam hidup masyarakat. Beberapa agama mulai menjalankan kegiatan peribadatannya melalui media daring, bukan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya, melainkan agar kebutuhan rohani umatnya tetap dapat terpenuhi. Gereja Katolik sendiri telah mewajibkan umatnya yang berada di zona rawan covid-19 untuk mengikuti perayaan Ekaristi secara live streaming. Hal ini menunjukkan bahwa media daring kini juga digunakan oleh pihak Gereja untuk mendukung usaha pencegahan penyebaran virus korona dengan selalu menghimbau umatnya untuk mentaati protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah.
Meskipun terkadang mengalami kendala dalam hal jaringan, aktivitas rohani yang dilakukan secara daring dirasa bisa jadi solusi kreatif untuk dahaga rohani umat, yang untuk beberapa waktu terakhir ini sulit mendapatkan pelayanan rohani secara langsung. Melalui pelayanan secara daring ini, kebutuhan spiritual umat tetap dapat terpenuhi di tengah masa-masa sulit saat ini. Jika mereka tidak dapat keluar dari rumah untuk melakukan aktivitas rohani di gereja, maka model pelayanan semacam ini dapat mengatasi dimensi ruang yang serba dibatasi akhir-akhir ini sehingga kebutuhan spiritual umat tetap terpenuhi meski hanya berada di rumah. Anak-anak, kaum lansia dan orang yang kurang sehat, yang selalu dilarang untuk hadir di gereja ketika periode awal pemberlakuan masa Adaptasi Kebiasaan Baru, kini tetap dapat melaksanakan ibadah mereka meski hanya berada di rumah saja.
Hambatan Nyata
Pelaksanaan kegiatan rohani melalui media daring, sama seperti berbagai aktivitas daring lainnya, diakui tidak selalu berjalan dengan lancar. Terkadang ditemui fakta bahwa jika ingin pelayanan rohani yang maksimal melalui media daring, maka orang harus memiliki data internet yang cukup banyak untuk mengikuti kegiatan tersebut. Namun hal ini pun tidak menjamin sepenuhnya bahwa kegiatan rohani yang dijalankan itu akan berjalan dengan lancar. Hal terpenting dari semua ini adalah menyangkut jaringan internet yang tersedia. Jika jaringan internet kurang baik, maka dengan sendirinya kegiatan itu tidak dapat berjalan dengan lancar. Konsekuensi logis dari hal ini yakni bahwa penghayatan dan konsentrasi umat akan terganggu untuk hal-hal teknis seperti itu.
Selain karena hal-hal teknis dari luar, pelaksanaan kegiatan rohani juga tidak dapat diupayakan secara maksimal jika dari dalam diri orang itu sendiri tidak ada keinginan yang serius untuk mengikutinya. Tentunya dibutuhkan motivasi yang murni dan tulus dalam mengikuti berbagai kegiatan rohani. Jika keinginan itu terbentur dengan berbagai kesibukan lain yang akhir-akhir ini telah menjadi kebiasaan yang dianggap wajar dan biasa-biasa saja, misalnya dengan jam tayang drakor kesayangan, dengan kesibukan mendownload lagu-lagu baru, atau dengan kesibukan membaca status orang lain di media sosial, maka para pelayan rohani akan sangat sulit untuk bisa memikat kembali hati umat yang telah disibukkan oleh berbagai aktivitas lain yang dianggap wajar di era milenial ini.
Upaya Kreatif Pemanfaatan Media Daring
Sejauh ini, penulis melihat bahwa pelayanan rohani di masa pandemi telah berjalan dengan cukup baik, meskipun mengalami beberapa hambatan dan kendala yang cukup berarti. Pelayanan rohani melalui media daring menjadi solusi yang efektif untuk mencegah kerumunan umat di gereja-gereja. Tentunya hal ini dinilai sebagai suatu langkah yang baik dalam upaya pencegahan penyebaran virus korona. Selain itu, pelayanan rohani secara daring – demikian halnya dengan berbagai aktivitas lainnya yang dilakukan secara daring juga – menembus sekat ruang yang selalu dibatasi dalam masa pandemi ini. Karena mengatasi dimensi ruang, tidak menutup kemungkinan bahwa metode pelayanan rohani secara daring juga dapat diteruskan setelah masa-masa pandemi ini berlalu. Gereja mungkin saja bisa menggunakan sebuah aplikasi atau media sosial untuk memikat hati umat agar mereka tertarik mengikuti kegiatan rohani yang dicanangkan. Beberapa tindakan kreatif, seperti membahas isu-isu terkini untuk direnungkan dari sisi kristiani, materi pembelajaran mengenai berbagai hal praktis liturgis, pembelajaran alkitab dalam bahasa yang mudah dimengerti umat, semuanya dapat dilakukan secara daring.
Salah satu hal kreatif yang dapat dilakukan di tengah masa pandemi ini ialah kegiatan katekese secara daring. Sebagai bagian dari program KKN, para mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang telah melaksanakan katekese yang merupakan bentuk implementasi nyata sesuai dengan capaian pembelajaran perkuliahan di Fakultas Filsafat. Di bawah tema umum “Solidaritas Di Tengah Pandemi”, kegiatan ini dapat membantu umat untuk menyadari kembali semangat hidup solidaritas, berbela rasa dan kesetiakawanan, terutama di masa-masa sulit seperti sekarang ini.
Meskipun tidak bertemu secara langsung, namun kegiatan ini mampu menggerakkan hati umat untuk menjadi lebih peka terhadap kebutuhan sesama di sekitar yang membutuhkan bantuan. Ketika berjumpa melalui media daring, katekese ini tetap memberi efek yang sama seperti ketika berjumpa secara langsung. Jadi, luaran atau hasil yang dicapai, baik melalui perjumpaan secara langsung maupun melalui media daring, tidak mempunyai perbedaan yang cukup signifikan. Yang terpenting bahwa poin-poin pokok tersampaikan secara baik dan ada tanggapan yang baik pula dari umat yang mengikutinya.
Berbagai upaya kreatif maupun inovatif dalam upaya mememaksimalkan pemanfaatan media daring dapat dikembangkan oleh para pelayan rohani di masa pandemi ini. Hal ini tentunya tergantung dari seberapa besar pengetahuan para pelayan rohani dalam hal penggunaan media daring tersebut. Toh ketika tidak punya kompetensi yang memadai mengenai penggunaan media daring, masih akan ada banyak orang lain di luar sana yang tahu dan mau untuk membantu para pelayan rohani memanfaatkan media daring yang ada secara maksimal. Selalu akan ada jalan bagi orang yang bekerja keras dan cerdas.
Oleh: fr. Christian Dominicus Juang Sogen