Hari ini Gereja sejagad merayakan Minggu pertama Adventus. Tema sentral dari bacaan-bacaan suci hari ini adalah peringatan Yesus kepada kita untuk tetap waspada, berjaga-jaga, dan bersiap-siap selalu, karena Kedatangan Kedua Kristus bersamaan dengan akhir dunia, dapat terjadi kapan saja. Berkaitan dengan warta apokaliptik, yakni nubuat tentang akhir zaman yang didahului dengan tanda-tanda dahsyat di langit, bencana alam dan peperangan yang berujung pada kehancuran dunia, pada umumnya manusia dihinggapi kepanikan dan ketakutan luar biasa, semacam paranoid atau phobia.
Judul buku terlaris yang diterbitkan pada tahun 1988 adalah: 101 Reasons Why Christ Returns in 1988. Film yang sangat populer dirilis pada tahun 1999 tentang Kedatangan Kedua Kristus adalah Omega Code, dan film lain yang dirilis pada tahun 2005 adalah Left Behind. Ketakutan berlebihan terhadap penderitaan yang menyertai akhir dunia membawa para pengikut sekte agama yang dipimpin oleh Jim Jones (pada tahun 1978), dan pengikut sekte lain yang disebut Heaven’s Gate (pada tahun 1997), untuk melakukan bunuh diri massal.
Akan tetapi, Yesus memberikan jaminan kepada kita bahwa kita tidak perlu takut akan akhir zaman, Kedatangan Kedua Kristus, dan Penghakiman Terakhir, jika kita tetap waspada dan berjaga-jaga. Dalam Injil hari ini (Mrk 13:33-37), dengan menggunakan perumpamaan singkat tentang hamba-hamba dan penjaga pintu dari tuan yang tidak berada di tempat dan dapat kembali kapan saja, Yesus mengajarkan kepada para pengikut-Nya untuk tetap waspada dan berjaga-jaga saat melakukan tugas-tugas kekristenan mereka dengan tulus hati. Penjaga pintu dan para hamba rumah tangga diharapkan untuk selalu waspada karena tuan mereka pasti akan kembali. Meskipun waktu kembalinya tidak pasti, namun hadiah/ganjaran atau sebaliknya hukuman, tetaplah niscaya dan pasti.
Pada Minggu Pertama Adven ini Gereja mengajak kita untuk mempersiapkan Kedatangan Kedua Kristus dengan beberapa cara:
Pertama: merayakan dengan benar masa Adven ini sebagai persiapan menyongsong perayaan kenangan akan Kedatangan pertama Yesus ±2000-an tahun silam, pada hari Natal. Bagi kita, Natal adalah perayaan annual atau tahunan yang sudah biasa kita rayakan. Namun justru karena sudah lazim dirayakan, kita sering kehilangan fokus dan kesadaran akan makna sejati Natal. Akibatnya, bukannya hal-hal spiritual, internal, atau batiniah, melainkan hal-hal jasmaniah, eksternal, atau lahiriah-lah yang menjadi fokus perhatian kita. Persiapan sebenarnya untuk perayaan Natal harusnya lebih bercorak spiritual, menyangkut perbaikan relasi kita dengan Tuhan, sesama, lingkungan hidup, dan dengan diri sendiri. Inilah persisnya makna simbolis warna liturgis ungu, di mana kita didorong untuk melakukan tindakan-tindakan pertobatan, pengorbanan, dan amal-bakti, untuk membuat Natal benar-benar bermakna dan penuh rahmat. Kita diingatkan untuk lebih sering menerima Sakramen Tobat demi pendamaian kita dengan Tuhan, dengan sesama, dengan lingkungan hidup kita, dan dengan diri sendiri..
Kedua: mengalami advent atau kedatangan Kristus dalam kehidupan kita setiap hari melalui: (a) Sabda Allah dalam Kitab Suci; (b) perayaan sakramen-sakramen, khususnya Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh kehidupan Kristen, serta hakikat dan rangkuman iman kita [KGK, 1327]. Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh kehidupan Kristen karena melaluinya, kita disatukan dengan Kristus sendiri dengan menyambutNya dalam rupa roti dan anggur. Di dalam perayaan Ekaristi, kita ikut mengambil bagian dalam Misteri Kristus sendiri, yakni misteri keselamatan umat manusia. Selain itu, melalui Ekaristi, kita boleh mengenangkan kisah hidup, sengsara dan kebangkitan Tuhan yang merupakan hakikat dan rangkuman iman kita; dan (c) melalui persekutuan dengan sesama, baik dalam komunitas ibadah, karena Tuhan sendiri pernah bersabda, “Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, di situ Aku hadir di tengah-tengah mereka”, maupun dalam perjumpaan dengan siapa saja, teristimewa mereka yang hina, miskin dan terpinggirkan. Yesus sendiri juga bersabda, “Apapun yang kamu lakukan untuk salah seorang yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”.
Ketiga: mempersiapkan diri setiap saat untuk menyongsong Kedatangan kedua Kristus yang, bagi kita, akan terjadi pada saat yang tidak diketahui, yaitu saat kematian kita masing-masing, atau saat dunia berakhir. Persiapan ini tidak bakal menjadi hal yang sulit, jika kedua hal yang telah disebutkan di atas, sudah dilaksanakan dengan baik. Inilah sikap waspada, berjaga-jaga, dan siap siaga, sebagai wujud penantian yang aktif akan saat kedatangan kedua Putera Manusia pada akhir zaman.
Dalam upaya mempersiapkan kedatangan Kristus, khususnya kedatanganNya yang kedua pada akhir zaman itu, kita juga diajak untuk berpaling kepada Bunda kita, Maria. Bersama dengan Yohanes Pembaptis, Maria sesungguhnya adalah tokoh Advent yang paling menonjol, karena dialah yang mengandung Yesus dalam rahimnya. Kehamilannya adalah kedatangan nyata Tuhan dalam daging. Yesus, Allah yang menjelma, menjadi daging dalam rahim Maria. Karena itu, Maria sesungguhnya mengundang kita, “Berjaga-jagalah kamu bersama-sama denganku!” Sesungguhnya, Maria bersatu dengan kita dalam mempersiapkan perayaan liturgis Natal. Bunda Maria juga bersama-sama kita dalam persiapan untuk bertemu dengan Yesus dalam Ekaristi, melaluinya Yesus dilahirkan kembali dalam hati dan hidup kita. Inilah Natal yang konstan dan bahkan abadi bagi kita. Maria juga menolong kita untuk berjumpa dengan PutraNya dalam diri mereka yang miskin, yang hina, yang lemah dan tak berdaya, yang sangat membutuhkan pertolongan. Dan akhirnya, Bunda Maria juga senantiasa membantu kita dalam persiapan untuk menyongsong kedatangan kedua Kristus pada akhir zaman. Dialah fajar yang mengumumkan kedatangan Yesus, sang Matahari mulia dan sejati, yang memberikan cahaya kepada dunia, mengusir kegelapan dosa, ketidakpercayaan, kebencian, iri-hati, dan egoisme.
Advent adalah waktu persiapan. Itulah sebabnya, mengapa karakter pertobatan sangat ditonjolkan, yang disimbolkan dengan warna liturgis ungu, dan tanpa adanya Gloria dalam perayaan Ekaristi. Inilah waktu untuk mengebaskan debu dosa dan kebiasaan buruk dalam diri kita, dan memulai kehidupan baru, sehingga sembari mempersiapkan diri untuk menyongsong kedatangan pertama Yesus pada hari Natal, kita juga mempersiapkan batin untuk menantikan kedatangan kedua Kristus sebagai Raja dan Hakim pada akhir zaman.
Peringatan ini sangat tepat selama waktu ini. Semua orang menantikan perayaan Natal yang penuh sukacita dan kemegahan. Terlepas dari krisis ekonomi, orang masih memikirkan bonus Natal, pesta, hadiah, belanja, dan banyak daya tarik budaya dan komersial lainnya (itulah sebabnya, mengapa bukan hanya orang-orang Kristen, melainkan bahkan semua orang, apapun agamanya, rame-rame menantikan Natal). Dalam dunia yang sudah sekian jauh dirasuki spirit konsumeristik dan materialistik ini, sangat mudahlah bagi orang-orang Kristen untuk kehilangan fokus pada makna sejati perayaan Natal, yakni perendahan dan pengosongan diri Allah yang paling radikal, di mana Ia rela menjadi manusia lemah, lahir di kandang binatang dan palungan hina, demi rasa simpati dan solidaritasNya dengan nasib hidup kita manusia yang marginal, hina, dan miskin-papa. Karena itu, Advent adalah kesempatan terbaik dan istimewa bagi kita untuk mempersiapkan diri secara spiritual, agar kita tidak kehilangan fokus pada makna sejati perayaan Natal, serta kedatanganNya yang kedua kali pada akhir zaman. Mudah-mudahan….Amin!!!