Lompatan Iman: Pengampunan dan Transformasi Diri oleh RD. Leo Mali dalam Rekoleksi Fratres Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui – Kupang

Dalam rekoleksi ini, RD. Leo Mali memberikan renungan dengan tema “Lompatan Iman: Pengampunan dan Transformasi Diri.” Tema ini mengacu pada Bacaan Hari Minggu Biasa VII, yaitu 1 Samuel 26:2.7-9.12-13.22-23 dan Injil Lukas 6:27-38.

46

Mikhael_News     Para frater Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui Kupang mengadakan rekoleksi bulanan yang diadakan pada hari Sabtu, 22 Februari 2025, di Kapela Seminari Tinggi St. Mikhael. Rekoleksi yang dimulai tepat pukul 18.00 WITA dan berakhir pada pukul 19.00 WITA ini dipimpin oleh RD. Leo Mali, seorang imam Keuskupan Agung Kupang yang kini juga berperan sebagai pembina para frater dan dosen filsafat di Fakultas Filsafat UNWIRA – Kupang.

Foto: RD. Leo Mali saat memberikan rekoleksi

Dalam rekoleksi ini, RD. Leo Mali memberikan renungan dengan tema “Lompatan Iman: Pengampunan dan Transformasi Diri.” Tema ini mengacu pada Bacaan Hari Minggu Biasa VII, yaitu 1 Samuel 26:2.7-9.12-13.22-23 dan Injil Lukas 6:27-38.

Imam Keuskupan Agung Kupang yang akrab disapa Romo Leo ini memulai refleksinya dengan menggali pandangan filsuf Søren Aabye Kierkegaard tentang iman estetik (tingkatan paling rendah), iman etika (berikaitan dengan doktrin dan ajaran) dan iman otentik yaitu tingkatan yang paling tinggi karena mencakup keberimanan yang total kepada Tuhan. Melalui pandangan ini, RD. Leo Mali mengajak para frater untuk memahami konsep lompatan iman dalam konteks pengampunan dan transformasi diri.

Mengacu pada bacaan Injil Lukas 6:27-38, dosen filsafat di Fakultas Filsafat UNWIRA Kupang ini menegaskan bahwa ajaran Yesus mengenai mengasihi musuh adalah sebuah ajaran yang benar-benar baru dan radikal. Ia menyatakan bahwa pengampunan yang diminta Yesus bukan hanya sekadar etika sosial, melainkan sebuah jalan hidup yang mencerminkan cahaya kerajaan Allah yang melampaui standar dan ukuran manusia.

Ajakan Yesus untuk mengasihi dan mengampuni musuh adalah seruan untuk mengalami sebuah lompatan iman dalam relasi antar manusia, ujar Romo Leo Mali.

Romo Leo juga menyoroti bacaan pertama dari Kitab Samuel (1 Samuel 26:2.7-9.12-13.22-23), yang menggambarkan pertentangan antara Daud dan Saul. Meskipun Saul mengejar dan ingin membunuh Daud, Daud memilih jalan pengampunan, bukan kekerasan. Daud tidak melihat pengampunan sebagai tanda kelemahan, melainkan sebagai kekuatan yang mampu mengubah situasi. Mengampuni bukanlah tanda kelemahan, tetapi kekuatan yang membebaskan diri dan orang lain,” tegas RD. Leo Mali.

Lebih lanjut, Romo Leo Mali menjelaskan bahwa kita bisa membandingkan lompatan iman dalam pengalaman Abraham dan ajaran Yesus tentang pengampunan. Pada Abraham, ada lompatan iman yang tampak tidak masuk akal, yaitu ketika Tuhan meminta abraham untuk mengorbankan Ishak. Pada ajaran Yesus, Ia meminta murid-muridNya untuk melakukan yang tampak tidak masuk akal yaitu mengampuni musuh.

Seringkali kita sulit mengampuni karena kita ingin keadilan ditegakkan dengan tangan kita sendiri. Padahal, ketika kita mengampuni, kita bukan hanya membebaskan orang lain, tetapi juga diri kita sendiri hingga kita akan menerima pengampunan dan mengalami transformasi diri,

ujar RD. Leo, menekankan pentingnya hidup dalam kasih dan pengampunan.

Sebagai penutup, RD. Leo memberikan pesan penting kepada para frater agar senantiasa menghidupi kasih dan pengampunan dalam kehidupan sehari-hari, karena ini adalah panggilan yang harus dijalani sebagai seorang pengikut Kristus. Ia mengajak para frater untuk memaafkan dan mendoakan mereka yang telah menyakiti, sehingga bisa mengalami transformasi diri dalam hidup iman yang lebih mendalam.

Dengan rekoleksi ini, para frater semakin dikuatkan dalam panggilan mereka untuk hidup dalam kasih dan pengampunan sebagai wujud iman yang otentik kepada Tuhan.

Comments
Loading...

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More