Selasa Pekan Suci
Bacaan I : Yesaya 49:1-6
Bacaan Injil : Yohanes 13:21-33.36-38
Homo ad laboremnatus, etavis ad volatum; manusia dilahirkan untuk bekerja, seperti burung untuk terbang. Secara implisit, adagium tersebut mengandung pengertian bahwa pada masa pra-eksistensi, setiap makhluk sudah ditentukan untuk menjadi apa kedepannya. Segala makhluk telah diberikan kepercayaan dan tugas-tugas tertentu untuk diimplementasikan dalam rentang waktu kehidupannya. Sebagai manusia misalnya, keberadaan akal budi dan kehendak bebas memampukan manusia untuk mampu mengisi eksistensinya dengan berpikir, berdoa, mencintai, serta bekerja dengan bijaksana.
Hanya manusia sajalah yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Kesetiaan dan ketaatan dalam melaksanakan segala tugas yang menjadi kewajibannya akan mendatangkan kebahagiaan dan sukacita bagi manusia itu sendiri. Yesus kini telah memberi peringatan, baik kepada Yudas maupun kepada Petrus. Masing-masing dari mereka memiliki kesalahan. Yang satu berkhianat, yang lain menyangkal. Yudas Iskariot berkhianat dengan menjual Gurunya sendiri yaitu Yesus. Petrus sebagai rasul yang dipercaya Yesus, malah menyangkal Gurunya.
Penyangkalan inilah yang akan kita renungkan di sini. Dengan tindakan penyengkalan, orang lalu dicap sebagai seorang pengecut. Lalu seperti apa pennyangkalan oleh Petrus? Apakah masih berlanjut hingga kini? Dalam bacaan Injil pada hari ini, penginjil Yohanes menyampaikan kepada kita tentang ketaatan dan kesetiaan Yesus Kristus di balik peristiwa penyangkalan Petrus. Yesus Kristus yang adalah pribadi yang taat dan setia diuji oleh sebuah pengkhianatan yang datang dari murid-Nya sendiri. Menyikapi ujian yang tengah dihadapi-Nya ini, Ia tidak lari dari tugas yang sedang dijalankan-Nya. Ia malahan terus bekerja menyelesaikan tugas yang sedang Ia kerjakan dan menjadi lebih taat dan setia kepada Allah hingga pada saat-Nya yang terakhir.
Seringkali kita orang beriman dalam kehidupan setiap hari, sulit untuk memperjuangkan sebuah ketaatan dan kesetiaan. Kita lebih cenderung menjadi orang yang pembangkang dan sering lari dari tugas dan tanggungjawab kita. Hal ini dikarenakan kita belum mampu untuk meletakkan kehendak kita di bawah kehendak Allah. Yesus, Hamba Tuhan yang taat dan setia telah menunjukkan kepada kita ketaatan dan kesetiaan yang paling sejati. Ia telah taat dan setia sampai pada saat yang terakhir. Ia rela untuk meletakkan kehendak-Nya di bawah kehendak Allah. Marilah melalui kedua bacaan suci pada hari ini, kita belajar untuk menjadi pribadi yang taat dan setia dalam setiap tingkah laku hidup kita setiap hari.(Fr. Riko Oki)