Siapakah Yang Sama Dengan Allah?

Profil Frater Alumni Seminari Tinggi Santo Mikhael 2021

0 245

Seminari Tinggi Santo Mikhael merupakan salah satu lembaga pendidikan calon imam untuk tiga Keuskupan yakni Keuskupan Agung Kupang, Keuskupan Atambua dan Keuskupan We’etebula Sumba. Berada pada masa pandemi sejak akhir Tahun 2019 hingga 2021 ini, proses pembinaan tetap berjalan namun tidak dilangsungkan pentahbisan diakon sebagaimana biasanya. Karena alasan pandemi ini, untuk dua tahun terakhir, para Frater yang menyelesaikan masa pendidikan dan pembinaan dikembalikan kepada wewenang Keuskupan masing-masing untuk diterimakan rahmat tahbisan Diakon. Sebagaimana lazimnya, disini pihak redaksi hendak memperkenalkan sedikit tentang para frater alumni Seminari Tinggi Santo Mikhael yang  telah dan akan menerima tahbisan Diakon. Berikut pada bagian pertama akan diuraikan profil para frater asal Keuskupan Atambua yang sudah menerima tahbisan diakon yakni sebagai berikut.

 

 

Diakon Yohanes Fransiskus Mali, Pr

“ANAK NELAYAN MENJADI PENJALA MANUSIA”

Tanggal 12 Maret 1992, pasangan Bapak Raymundus Mali dan Ibu Marsela Telik Bau dikaruniai seorang putera yang diberi nama Yohanes Fransiskus Mali yang akrab disapa Johan. Johan kecil menempuh pendidikan dasar pada SDN Fatukmetan (1998-2001) kemudian pindah dan menyelesaikan pendidikan dasar pada SDK St.Yosep Atapupu (2002-2005). Putera pertama dari lima bersaudara ini kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama pada SMPK St.Petrus Dualilu Atapupu (2005-2008). Dalam setiap tapak-tapak hidupnya Si anak nelayan dari pantai Atapupu yang sehari-harinya bersama sang ayah menjala ikan dipanggil oleh Sang Nelayan nan Kudus untuk menjadi penjala manusia. Menanggapi panggilan itu, Johan masuk Seminari menengah pada SMA Seminari Sta. Maria Immaculata Lalian (2008-2012). Setelah melalui masa formasi di Seminari menengah ia memutuskan untuk terus berlangkah menjawabi panggilan-Nya sebagai calon imam diosesan Keuskupan Atambua. Fr. Johan kemudian menjalani masa Tahun Orientasi Rohani pada Seminari Tinggi TOR Lo’o Damian-Emaus (2012-2013) kemudian melanjutkan ke Seminari Tinggi St.Mikhael Penfui-Kupang sambil melanjutkan pendidikan perguruan tinggi pada Fakultas Filsafat UNWIRA Kupang (2013-2017). Fr.Yohanes Fransiskus Mali,S.Fil kemudian ditugaskan untuk menjalani masa Tahun Orientasi Pastoral (TOP) pada Paroki St.Mikhael-Biudukfoho (2017-2019). Setelah menyelesaikan masa TOP, Fr. Johan kembali ke Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui-Kupang untuk melanjutkan masa persiapan dan masa refleksi kurang lebih selama dua tahun. Melewati masa persiapan dan masa refleksi tersebut, kini Fr. Yohanes Fransiskus Mali telah memutuskan dengan mantap untuk ditahbiskan menjadi diakon. “Si anak Nelayan telah benar-benar menjadi Penjala manusia”. 

 

DIAKON KORNELIUS FEBRIANTO ETAN, Pr

a.  Biodata Diri Dan Masa Pendidikan

Fr. Kornelius Febrianto Etan, lahir di Wanibesak pada tanggal, 2 Februari 1993. Ia adalah anak kedua dari pasangan suami istri. Ayahnya bernama, Yosef Etan, pendidikan terakhir D3, pekerjaannya Pensiunan PNS. Ibunya bernama, Valentina Abuk, pendidikan terakhir SMA, pekerjaannya Ibu Rumah Tangga. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara. Anak pertama bernama Marius Juventus Etan, ketiga Maria Dolorosa Yunatry Etan, keempat Maria Rose Venerial Etan, kelima Maria Agustina Gloria Etan.
Ia menerima Sakramen Permandian di Paroki Salib Suci Weoe, pada tanggal 1 Mei 1993, kemudian pada tanggal 13 Agustus 2003 menerima Sakramen Ekaristi di Paroki Katedral Sta. Maria Immaculata Atambua. Setelah itu, pada tanggal 16 Agustus 2008, ia menerima Sakramen Krisma di Paroki St. Antonius Padua Nela. Masa pendidikan dimulai dari SDI Tanah Merah 1, dari tahun 1999-2005, setelah menamatkan masa sekolah dasarnya, melanjutkan sekolah menegah pertama di SMP Negeri 2 Atambua dari tahun 2005-2008. Karena niatnya untuk menjadi seorang imam, ia melanjutkan sekolah menegah atas di Seminari Sta. Maria Immaculata Lalian – Atambua dari tahun 2008–2012.
Dengan motivasi yang kuat untuk menjadi seorang imam dan juga niat untuk memakai jubah, maka ia mengambil keputusan untuk melanjutkan pendidikan sebagai seorang calon imam di TOR Lo’o Damian – Emaus, dari tahun 2012-2013. Kemudian melanjutkan studi filsafat di Universitas Katolik Widya Mandira (UNIKA) Kupang, dari tahun 2013-2017. Dalam empat tahun bergulat dengan filsafat, akhirnya ia menuntaskan studinya dengan gelar S.Fil, dan ia mengambil keputusan refleksi untuk melanjutkan masa TOP (Tahun Orientasi Rohani) selama dua tahun di Seminari Lalian. Dalam perjalanan panggilannya yang begitu indah di tempat TOP, akhirnya telah selesai dan ia mengambil keputusan dalam refleksinya, untuk kembali melanjutkan masa pendidikan teologi sebagai calon imam di Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui – Kupang. Setelah bergulat selama dua tahun untuk menyelesaikan studi teologinya, akhirnya masa pendidikan sebagai calon imam telah selesai dan ia mengambil keputusan refleksi untuk siap ditahbiskan menjadi seorang Diakon untuk Keuskupan Atambua.

b. Motivasi Panggilan
Motivasi adalah pegangan dan kekuatan untuk terus berlangkah, berjuang menyusuri lorong-lorong
kehidupan untuk mencapai apa yang diinginkan. Dalam kehidupan panggilan Fr. Isto, motivasi awalnya lahir dan mulai tumbuh sejak masa SD, ketika terdapat sosok tiga orang imam yang menjadi panutan dan kebanggaan keluarga yaitu, Rm. Edmundus Nahak, Pr (Kakek saya), Rm. Marianus Bere, Pr (Kakek saya) dan Rm. Yasintus Nahak, Pr (Om saya). Figur ketiganya semakin memotivasi untuk mencintai kehidupan imamat, meskipun pada waktu itu belum banyak mengetahui tentang kehidupan seorang imam. Motivasi itu terus ia hidupi dalam perjalanan hidupnya, hingga sampai di satu titik dimana harus serius untuk menjalaninya di masa SMA Seminari Lalian – Atambua. Motivasi untuk menjadi imam semakin kuat, ketika ia menjalani Tahun Orintasi Rohani di Emaus. Dalam menunjang panggilan untuk menjadi imam Tuhan, ia harus bergulat dalam studi filsafat, hinnga mencapai tahap akhir sebagai seorang sarjana filsafat. hingga dalam masa studi filsafat. Motivasi untuk menjadi Imam Tuhan, terus ia hidupi dalam masa TOP selam dua tahun di seminari lalian, hingga kembali untuk melanjutkan studi teologi di Seminari Tinggi Sto. Mikhael Penfui – Kupang. Dalam situasi inilah, ia merefleksikan hidup panggilannya untuk menjadi Imam Tuhan.

c. Motto Panggilan
“FIAT VOLUNTAS TUA” “Jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Lukas 1: 38) Ia mengambil moto ini dari injil Lukas, tepatnya dari jawaban Bunda Maria sendiri, sebagai tanggapan atas pemberitaan malaikat Gabriel tentangnya yang akan mengandung dari Roh Kudus. Dengan kesadaran penuh, bunda Maria menyerahkan seluruh dirinya kepada penyelenggaraan Allah. Kata-kata bunda Maria dimulai dengan sebuah pengakuan akan keberadaan dirinya sebagai hamba Tuhan, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu”. Kesadaran sebagai hamba, sebagai yang bergantung pada Tuhan, dan sebagai milik kepunyaan Tuhan, adalah kesadaran iman bunda Maria.
Kesadaran ini pulalah yang juga turut menggerakkan hati saya untuk memilih kata-katanya menjadi moto saya. Perkataan yang merupakan persetujuan bunda Maria, yang telah saya ambil menjadi motto tahbisan diakon ini, terdapat di dalam perikop injil Lukas 1:26-38 yang berisi pemberitaan tentang kelahiran Yesus. Dalam refleksi Gereja, pemberitaan tentang kelahiran Yesus ini, menandai sebuah peristiwa yang sangat mendasar dalam tata penyelamatan umat manusia, yaitu Penjelmaan Sang Sabda menjadi manusia. Dalam peristiwa ini, malaikat menyatakan dengan jelas bagaimana penjelmaan ini akan terjadi: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi” (Luk 1:35). Dalam perspektif rencana penyelamatan Allah, peristiwa ini merupakan saat dari suatu penciptaan baru oleh campur tangan luar biasa dari Roh Kudus, dan serentak Allah menawarkan pintu keselamatan bagi manusia untuk keluar dari belenggu dosa. Bagi dia, di dalam “ya” bunda Maria atas kabar malaikat Gabriel ini, penginjil Lukas menunjukkan ketaatan sebagai pola hidup bunda Maria. Bunda Maria tidak menerima, juga ia tidak menolak. Dia melampaui keduanya: yang ia lakukan adalah “penyerahan diri”. Berkat penyerahan diri ini, Yesus mendapat jalan yang diperlukan untuk menjadi manusia.
Dengan kesadaran akan keterpilihan dan keluhuran martabat bunda Maria sedemikian, ia memilih motto ini: “jadilah padaku, menurut perkataanmu itu”. Ada begitu banyak pengalaman yang melatarbelakangi pilihan ini. Bunda Maria menjadi ibu yang begitu baik menemani ia selama menjalani kehidupan sebagai calon imam. Ada banyak pengalaman rohani yang sudah ia alami bersama bunda Maria. Bunda Maria menemani dan menguatkan ia di saat-saat ia paling merasa susah dan kering dalam panggilan. Bunda Maria begitu dekat dan begitu menggetarkan hatinya ketika berada di hadapannya.
Dengan fiat-nya, ia ingin menyatakan hasrat, sebagaimana dinyatakan oleh bunda Maria, untuk menjadi hamba Tuhan, milik kepunyaan Tuhan. Ia mau berserah pada penyelenggaraan Tuhan dengan penuh keyakinan bahwa rencana Tuhan memang menantang tetapi menyelamatkan. Ia yakin bahwa ‘ketaatan’ pada kehendak Tuhan, akan membuka pintu keselamatan bagi sekian banyak orang. Ketaatan yang sama itu akan membawa tantangan, namun diantara berbagai tantangan itu selalu akan tumbuh harapan untuk keselamatan dan kebahagiaan. Apapun yang akan terjadi nanti ia siap menghadapinya, karena sia yakin Tuhan menyertainya. Saya adalah milik kepunyaan-Nya. Tuhan tidak akan pernah lari meninggalkan siapa saja yang menjadi milik-Nya.

 

Diakon Laurensius Tnopo, Pr

Dalam pelukan bumi yang mesra, selaras jeritan ibunda Rosina Kenat (Alm) yang penuh peluh, dan juga ayahanda Aloysius Tnopo (Alm) yang menggigil cemas, pada tanggal 19 April, ketika itu waktu masih merangkul erat tahun 1992, citra Allah yang mungil buah anak tombak yang dinantikan penuh harap, lahir. Dengan rasa penuh syukur bayipun dimahkotai nama Laurensius Tnopo. Waktu menjadikannya semakin ranum. Dia memulai pendidikannya di SDN Kiupunu (1999-2005), SMPK Sto. Antonius Padua Sasi (2005-2008), dan karena keinginan dan kedewasaannya, dia pun masuk SMA Seminari Sta. Maria Immaculata Lalian (2008-2012). Setelah menamatkan pendidikan di Seminari Lalian, diapun melanjutkan pendidikannya di TOR (Tahun Orientasi Rohani) sebagai calon Imam Projo Keuskupan Atambua di komunitas Tor Lo’o Damian (2012-2013). Pada tahun 2013, dia melanjutkan pembinaan kerohaniaannya di Komunitas Sto. Mikhael Penfui, Kupang sekaligus memulai pendidikan S1 Filsafat dan menyelesaikannya pada tahun 2017 di Universitas Widya Mandira Kupang. Pada tahun 2017-2018, dia menjalani masa TOP (Tahun Orientasi Pastoral) di Paroki Salib Suci We’oe. Setelah menjalani masa pastoral dan memperoleh banyak pengalaman bersama umat di Paroki Salib Suci We’oe, diapun kembali ke komunitas Sto. Mikhael Penfui, Kupang untuk melanjutkan pendidikan Teologi di Universitas Widya Mandira Kupang. 

Deus caritas est merupakan moto tahbisan diakon Laurensius Tnopo. Laurensius Tnopo percaya Allah memberikan Kasih kepada manusia, dengan maksud agar manusia mampu memberikan Kasih itu pula kepada orang lain. Laurensius Tnopo ingin memelihara kasih itu hingga berbuah dalam hidup panggilannya. Secara pribadi Laurensius Tnopo menyadari bahwa dia tidak mungkin dapat membalas semua kebaikan hati dan Kasih Allah dengan apapun. Karena itu, dengan niat hati yang tulus, dia ingin menjadi rekan kerja Allah dalam menyalurkan dan menghadirkan Kasih itu kepada dunia. Deus caritas est; Allah adalah kasih.

 

DIAKON YANUARIUS META USKENAT, Pr

Lahir dengan nama Yanuarius Meta Uskenat di Kiupukan, 18 Juni 1992 dari pasangan Agustinus Meta dan Fransiska Taek. Anak pertama dari 4 bersaudara berlatarkan keluarga yang cukup sederhana dengan karakter bapak yang selalu melayani dengan tulus, jujur, sabar, rendah hati, bertanggungjawab, hidup seadanya dan pekerja keras. Karakter mama lebih emosional (pemarah dan penyayang) dan pekerja keras tuntas. Kedua karakter dasar orangtua berperan besar, pertama dan utama dalam pertumbuhan dan perkembangan Diakon Yaner Uskenat sebagai seorang Individu beriman katolik dan bertaqwa kepada Allah  sebagai pengikut Yesus Kristus. 

Dukungan doa dan perhatian yang penuh cinta sungguh membantu dan memotivasi hidup panggilan untuk mengikuti Tuhan dalam penghayatan dan refleksi terus-menerus menapaki imamat suci. Hidup jujur dan bertanggungjawab, sabar dan rendah hati, berelasi baik, akrab dan ramah dengan semua orang telah menetap sejak lama dalam diri Diakon Yaner sejak pendidikan pertamanya bukan di sekolah formal tetapi di dalam kehidupan keluarga. Dukungan yang kuat dari keluarga menuntun Diakon Yaner dengan langkah pasti memilih untuk mengikutiNya melalui tahapan pendidikan formal yaitu formasi pendidikan calon imam dimulai di SMA Seminari Lalian.

Sabar, setia dan taat, Ia mengalami serangkaian tahapan formasi selanjutnya di Seminari Tinggi TOR Lo’o Damian, Seminari Tinggi St. Mikhael dan menjalani masa Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Paroki Katedral St. Maria Immaculata Atambua. Langkahnya tidak berhenti, semangatnya tidak pudar karena kecintaannya yang besar kepada Yesus Kristus. Walaupun dalam keterbatasannya panggilannya tetap teguh. “Bukan kamu yang memilih Aku tetapi Akulah yang memilih kamu, dan hendaklah segala perkaramu dapat ditanggung di dalam Dia yang memberi kelegaan padamu”. Menyelesaikan masa TOP, melanjutkan studi teologi di Seminari Tinggi St. Mikhael dan akhirnya akan siap ditabiskan menjadi Diakon pada tahun 2021. 

Diakon Yaner terpanggil mengikuti jalan menuju  imamat suci sebagai pengikut Yesus Kristus. Keinginan dalam dirinya dan dukungan keluarga bukan semata-mata berasal dari mereka, panggilan ini dihayati pribadi sebagai panggilan dari Yesus Kristus sendiri yang sungguh-sungguh lebih mengenal kepribadiannya dari pada semua orang lain mengenalnya. Bahkan sebelum memasuki tahap awal formasi pendidikan calon imam, Yesus Kristus Sang Guru telah melihat kerinduan terdalam dari dirinya untuk menjadi pengikutNya dan sahabat terkasihNya. “AKU telah melihat engkau”, motto ini menjadi rangkuman seluruh perjalanan panggilan. Bahwasanya Tuhan-lah yang memilih, Tuhan yang memanggilnya untuk ikutserta dalam perjalanan bersamaNya menuju puncak golgota untuk mengalami sengsaraNya, dan menjadi “Gembala yang baik”. 

 

DIAKON NORBERTUS TRI A. NAHAK, Pr

Kamu adalah Terang Hendaknya Terangmu Bercahaya 

(Mat 5: 14; 16)

Manusia adalah makluk yang terus mencari makna. Pencarian akan makna hidupnya berlangsung dalam seluruh proses hidupnya. Kierkegaard mengatakan bahwa hidup manusia dijalani dari depan ke belakang, tetapi untuk memahami makna kehidupannya, perjalanan hidupnya harus dilihat dari belakang ke depan. Dalam pencarian makna itu manusia menempuhnya dengan berbagai cara misalnnya, memeluk agama atau kepercayaan yang dirasa sesuai dengan pandangan pribadinya dan pandangan orang lain. 

Dalam pencaharian makna kehidupan  itu, frater Norbertus Tri A. Nahak , pemuda kelahiran Atambua, 28 November 1993, dan merupakan anak ke-3 dari 5 bersaudara  yang lahir dari pasangan Fidelis Nahak dan Blandina Seuk mulai mencari makna kehidupan. 

Pengaruh Lingkungan

Frater Norbertus Tri A. Nahak, yang biasa disapa Frater Obeth lahir dari keluarga katolik sederhana yang tinggal di kota Atambua. Walaupun tinggal di kota didalam rumah masih kuat terasa suasana kampung tepat orang tua berasal yakni Malaka (Haitimuk-Betun). Ia dibesarkan di lingkungan kecil di Km.2 yang mayoritas beragama protestan (orang-orang Sabu). Mereka hidup berdampingan dengan saling menghargai satu sama lain walaupun dengan agama yang berbeda.
Pengaruh Orang Tua
          Frater Obeth lahir dan dibesarkan di dalam keluarga yang sederhana namun tegas dalam  prinsip. Ayahnya seorang pegawai negeri dengan tingkat pendidikan SMA. Beliau adalah seorang yang tegas dalam mendidik anak-anaknya. Sedangkan ibu nya seorang Guru SD. Hal menarik yang ia pelajari dari ibunya adalah kejelian ibunya dalam mengambil keputusan dalam situasi-situasi yang sulit. Kedua orang tuanya sangat memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak mereka. Buktinya jelas bahwa mereka semua disekolahkan sampai menamatkan jenjang pendidikan di perguruan tinggi. Semuanya telah menyelesaikan pendidikan S1 kecuali adik bungsunya yang sementara kuliah.
          Sejak sekolah dasar ia mulai merasakan adanya panggilan, karena sering melihat dan bertemu dengan pastor dan juga terlibat sebagai anggota sekami. Saat kelas 4 SD ia mulai terlibat sebagai anak sekami. Frater Obeth menjadi bagian dari anggota sekami dan ia yang sering terlibat dalam kegiatan-kegiatan sekami di Keuskupan. Hal ini juga membentuk keperibadiannya untuk menjadi seorang imam kelak. Saat mengikuti kegiatan-kegiatan ini ia mulai bertemu dengan frater juga para pastor. Karena keseringan ini ia mulai tertarik dengan kehidupan seorang pastor, mulai dari hal-hal sederhana sampai pada hal-hal rohani seperti memimpin misa dan sebagainya. Motivasi kuat ini direstui oleh orang tua dengan memasukankan saya di SMPK HTM halilulik untuk mulai belajar berasrama.Dia tinggal diasrama putra paroki yaitu asrama putra yang dikelolah oleh paroki dengan pastor paroki sebagai kepala dan Frater TOP waktu itu sebagai Bapak asrama. Karena tinggal di asrama paroki kepribadian ia mulai dibentuk untuk sering terlibat dalam berbagai kegiatan-kegiatan rohani. Hal tersebut menjadikan motivasi awanyal untuk menjadi seorang imam terus berkembang. Motivasi-motivasi awal tersebut kemudian di diwujudkan dengan masuk seminari menengah Sta. Maria Immaculata Lalian, dilanjutkan dengan Seminari Tinggi TOR LO’O Damian, dan kemudian Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui Kupang.  

Bagi Freter Obeth, refleksi tentang “terang” memiliki makna yang sangat mendalam bagi perjalanan panggilannya. Ia merasa dalam dirinya ada “terang yang besar” yang selalu menyertai dan menuntunnya di jalan panggilannya. Dan ia percaya itu adalah Kristus sendiri. Ia selalu menuntunnya ke jalan yang benar walaupun terkadang ia jatuh kedalam gelap. Dalam menjalani panggilan ini ia terkadang merasa seperti sumbu pada pelita yang berkedip-kedip tetapi tidak dipadamkan, ia dibiarkan tetap bernyala dan terangnya bercahaya bagi orang lain.
            Kata “terang” adalah salah satu istilah yang paling umum digunakan dalam ajaran-ajaran Injil. Rasul Yohanes dalam Injilnya menyatakan bahwa misinya adalah “untuk memberi kesaksian tentang terang itu” “terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.” Tuhan Yesus Kristus telah menyatakan bahwa “Akulah terang dunia”. Pernyataan seperti itu telah dinubuatkan sebagai tanda bahwa terang yang besar telah datang ke dunia; sebuah bintang baru akan muncul di timur yang akan mengarahkan orang Majus ke Yerusalem untuk menemukan Dia. Terang yang menghantar orang pada Terang sejati. Namun demikian, pesan paling penting Yesus Kristus sebagai terang dunia adalah bahwa “barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”
          Dalam pelayan-Nya di bumi, Tuhan Yesus Kristus telah menunjukkan kepada teladan mulia-Nya sebagai terang. Seperti para murid-Nya ia diminta oleh-Nya untuk untuk menjadi terang bagi sesama, “Kamu adalah terang dunia”(Mat 5:14) dan “Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.”Karena jika setiap kita hidup dalam “terang” maka tidak ada lagi “kegelapan”.
        Ia memahami bahwa terang melambangkan bimbingan, arahan, harapan, keselamatan, dan pengertian. Terang adalah sumber yang selalu dicari dalam kegelapan sehingga menyelamatkan diri dari perasaan tidak aman, kecemasan, bingung, dan kehilangan arah. Ia berharap agar dapat membawa terang yang kuat atau dapat dengan kuat memancarkan terang itu. Untuk menjadi terang seperti itu, ia perlu belajar menjadi seperti Kristus sendiri sehingga ia layak membawa terang atau memancarkan terang. Dengan kata lain, ia perlu mengembangkan kekuatan rohani di dalam dirinya sendiri yang dapat menjadi sumber terang. Kekuatan rohani ini datang melalui iman, mematuhi perintah-perintah dan perjanjian, serta menjalani kehidupan yang bijak. Ia perlu menjadi gadis-gadis bijaksana yang akan membawa cukup minyak dalam buli-buli untuk pelita mereka guna mempersiapkan diri menemui mempelai pria.
          Kadang-kadang dalam kehidupan, ia mungkin lebih mengandalkan terang orang lain tetapi, sesungguhnya ia perlu menjadi terang atas usaha sendiri. Tuhan mengajari, “Mendekatlah kepada-Ku dan Aku akan mendekat kepadamu; carilah Aku dengan tekun dan kamu akan menemukan-Ku; mintalah, dan kamu akan menerima; ketuklah, dan akan dibukakan bagimu.” Ia perlu bertindak sehingga janji Tuhan dapat dipenuhi dalam dirinya dan membantu mengembangkan sumber terang.
            Menyandang sifat-sifat seperti Kristus akan memungkinkan ia menjadi cerminan terang yang kuat dalam kehidupan dan menjadi teladan bagi sesama. Tuhan Yesus Kristus telah menyampaikan undangan “Ikutlah Aku”. Kemuridan Frater Obeth hendaknya benar-benar mencerminkan siapa dirinya sebagaimana ditunjukkan dalam Surat Rasul Paulus kepada Timotius: “Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.”
          Untuk itu, ia berusaha untuk menjadi bersih dan murni agar dapat menjadi terang dan cerminan terang yang kuat. Ia tahu bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Juruselamat dan Penebus. Dia adalah teladan dan kekuatan. Semoga semua memiliki komitmen untuk mengikuti Dia untuk menjadi terang yang bercahaya bagi dunia. Salve.

 

DIAKON ANTONIUS KOLO, Pr

“Aku mengasihi  Engkau”

Sebuah perjuangan hanya akan menuai keberhasilan bila disertai dengan adanya usaha dan penyerahan diri secara total. Namun hal penting yang perlu terlebih dahulu dikenal adalah pribadi sendiri. Dengan mengenal diri sendiri, akan sangat mempermudah kita untuk berlangkah demi masa depan. Fr. Antonius Kolo adalah sang pejuang jubah putih yang selalu berjuang dengan kesungguhannya dan tahan banting hingga kini sampai pada titik keberhasilan dalam mencapai cita-citanya. Ia adalah orang Indonesia, tapi uniknya ia dilahirkan di luar negeri yakni Dili, 25 Januari 1994. Ia berasal dari keluarga yang sederhana, namun banyak cinta yang lahir disana. Ia adalah anak ke-4 dari 6 bersaudara. Ayahnya bernama Gabriel Kolo, sedangkan mamanya bernama Brigitha Abi. 

Perjalanan panggilannya sangatlah unik dan berbeda dari yang lainnya. Motivasi dan Kesan awal untuk jadi imam itu sudah terpupuk sejak SD kelas V saat mengikuti kegiatan sekami Ia  mendapat ajakan beserta motivasi dari  seorang Frater. Paling kurang ia menghabiskan 22 tahun untuk mengenyam pendidikannya. Disini hal yang sangat disayangkan adalah karena dizaman mereka belum ada TK, sehingga Fr. Toni langsung masuk Sekolah Dasar di Tenubot (1999-2005), melanjutkan pendidikan di SMPN. I Atambua (2005-2008). Dalam perjalanan waktu pengenalan dan pengetahuannya  tentang imam mulai berkembang disertai pula motivasi yang terus menerus dimurnikan. Ketika Ia mengenyam pendidikan di Sekolah Menegah Pertama (SMP), ia mulai tertarik dengan kehidupan dan kepribadian beberapa imam yakni, Rm. Agustinus Berek, Pr dan P. Lasarus Subagi, OFM. Rm. Agustinus Berek, Pr kala itu menjabat sebagai pastor paroki di paroki Katedral Atambua. Setiap minggu ia selalu mengikuti Ekaristi di paroki Katedral dan ia tertarik dengan kepribadian dan pembawaan diri Rm. Agus. Bagi ia beliau adalah sosok pribadi yang tegas namun penyayang dan sangat peduli terhadap kehidupan umat. Sedangkan P. Lasarus Subagi, OFM merupakan seorang imam biarawan di lingkungan kami. Ia sering disapa dengan sebutan P. Subagio. Bagi saya P. Subagio merupakan sosok imam yang sederhana dan murah hati. Dengan berbagai motivasi-motivasi tersebut ia memutuskan untuk menjadi imam. Keputusannya  tersebut sangat disetujui oleh orang tuanya dan kemudian mereka mendaftarkan dia di seminari menegah St. Maria Immaculata Lalian(2008-2012)  dan disanalah ia mulai perjuangannya untuk mengerjar cita-citanya. Ia lalu melanjutkan masa bimbingan di TOR LO’O Damian (2012-2013) disana ia merasa benar-benar dikasihi maupun mengasihi Allah sehingga panggilannya semakit dikuatkan khususnya saat penerimaan jubah ia seakan-akan dirangkul dan diselimuti dengan kasih Allah, ia lalu melanjutkan pendidikannya di Universitas Widya Mandira fakultas filsafat (2013-2017) disana  ia memiliki peran ganda yakni sebagai seorang Frater dan seorang Mahasiswa, menjalani tahun orientasi pastoral di paroki Sto.Laurensius Wemasa (2017-2019), lalu melanjutkan studi teologinya di Seminari Tinggi Santo Mikhael Penfui Kupang (2019-sekarang). 

Namanya pilihan hidup pasti selalu ada konsekuensinya. Ya jika dipikir-pikir lumayan lama perjalanan pendidikan dan panggilannya. Susah dan senang, sedih dan gembira adalah teman yang selalu mewarnai jalan panggilannya. Jika dikelompokan, Fr. Toni  juga termasuk orang-orang kuat dan tahan lama. Mengapa? Karena tidak semua orang dapat bertahan dan kuat seperti Fr.Toni.

Perjalanan panggilannya beriringan dengan seleksi alam dan seleksi Tuhan. Namun  menjadi sebuah kebanggaan karena berkat ketekunan, kesetiaan, dan usahanya yang militan berhasil mengantarkanya dan bertahan hingga saat ini ia berada di fase siap untuk ditabiskan menjadi pelayan dan penyambung lidah Allah. Kalimat yang selalu menjadi penguat dan teman perjalanan atau motto yang ia pilih adalah “Aku Mengasihi Engkau” (Yoh 21:15). 

Semua hal didunia ini pasti ada alasannya sehingga ungkapan “Aku Mengasihi Engkau” sebetulnya merupakan jawaban Petrus terhadap pertanyaan Yesus. Dalam teks Injil Yohanes melukiskan bahwa Yesus bertanya kepada Petrus akan hal yang sama secara bertutut-turut sebanyak tiga kali demikian pun dengan jawaban Petrus. Setelah jawaban itu, Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku”. Yoh. 21:15,16,17. Jawaban pertus yang diulang tiga kali ini mau menunjukan bahwa petrus sungguh-sungguh mengasihi Yesus. 

Rasa  keterkesanan Fr. Toni  ialah akan jawaban Petrus bahwa selain ia menegaskan bahwa ia sungguh mengashi Yesus terkandung pula makna yang mendalam dari jawaban tersebut. Mengasihi adalah suatu sikap dan spiritualitas kehidupan setiap orang, kasihilah Tuhan Allahmu dan kasihilah sesamamu. “Aku mengasihi Engkau” bukan sebatas jawaban atas pertanyaan Tuhan melainkan juga sekaligus pernyataan pribadi yang tulus kepada Tuhan. Karena itu yang menjadi spiritualitas pelayanan Fr. Toni adalah spiritualitas kasih yang harus ia tanamkan dalam dirinya dan melayani umat dengan kasih yang tulus, kasih yang berkorban dan kasih yang memberi pegharapan dan hidup seturut telada Kristus Yesus.

Kasih yang ia terima dari Kristus itulah yang terus memampukannya untuk melayani seluruh umat manusia dengan segala ajaran, ibadat dan karya demi terwujudnya keselamatan segenap bangsa manusia. Dasar pengabdian dan pelayanan Fr. Toni ialah iman akan Kristus. “Barangsiapa menyatakan dirinya murid Kristus, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (Yoh. 2:6). Demikianpun pelayana Fr. Toni harus mengikuti jejak Kristus.

Kekuatan, kesetiaan, ketabahan dan semangat panggilan Fr. Toni ini terangkum dalam kata “kasih” sehingga segala cobaan dan tantangan berhasil dilalui bahkan dikalahkan. Semua itu telah tersimpan menjadi kenangan, singkatnya Fr. Toni adalah orang yang “kuat”. Sampai saat ini, Fr. Toni sudah berada pada fase siap untuk ditabiskan menjadi pelayan Allah. “Aku mengasihi  Engkau” adalah jawaban sekaligus  tanda kesanggupan bahwa Fr. Toni siap untuk tugas perutusan sebagai gembala atas domba-domba sebab ia selalu yakin bahwa karena ia mengasihi Allah, maka Allapun akan selalu mengasihinya dalam tugas perutusannya.

 

DIAKON KRISTOFORUS ADEODATUS MUTI, Pr

IA  YANG MEMANGGIL KAMU ADALAH SETIA(1 tes 5:24)

Pada mulanya adalah kesetian, setia untuk  menerima dan setia pula untuk menjalaninya. Tuhan yang adlah setia kembali menyapa dengan kesetiaaNya itu pada sosok yang setia fr. KRISTOFORUS ADEODATUS MUTI yang lahir disebuah kampung kecil yang penuh dengan cinta dan kesetian ,Halilulik pada tanggal 26 februari 1994 dari pasangan yang selalu menjaga kesetiaannya satu dengan yang  lain yakni YOSEP MUTI DAN REGINA BABU BRIA.sosok yang setia fr. Kristo Muti ini adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang selalu dengan setia saling menjaga merawat dan bercanda ria dalam suka maupun duka. 

Awal kesetian fr. Kristo Muti dan pengenalan akan kesetiaan Tuhan berawal ketika fr. Kristo mulai menginjakan kaki kaki pada bangku Sekolah Dasar(SD) pada tahun 1999 hingga menyelesaikannya pada tahun 2005 di Sekolah Dasar Inpres Wora. Kesetiaan fr. Kristo pada banggku penddikannya terus terpupuk hingga beranjak pada jenjang pertama yakni Sekolah Menengah Pertama (SMP) Xaverius Puteri  pada tahun 2005-2007 dan menyelesaikannya pada tahun 2008 di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Don Bosko Atambua .

  Pangilan hidup adalah pangilan kesetian.fr. kristo Muti merasakan bahwa hidupnya tanpa arti bila tak selalu bersama dengan tuhan , hidupnya hampa bila tak berjalan bersama Tuhan,karena bagi fr. Kristo Muti hidup yang layak dan hidup yang bahagia adalah bagaimana seseorang berani dengan setia menerima dan menjalani panggilan Tuhan dan berani keluar dari sona nyaman dirinya untuk mengikuti suara Tuhan yang adalah kesetiaan. Fr. Kristo adalah sosok yang setia. Dengan setia ia berani keluar dari sona nyaman dirinya untuk menerima dan menjalani panggilan  Tuhan yang adalah panggilan kesetiaan. Oleh kerena itu fr.Kristo memutuskan untuk mengenyam pendidikan di Sekolah Menegah Atas Seminari  st. Maria Imaculata Lalian Atambua pada Tahun 2008 dan dengan setia menyelesaiakannya pada tahun 2012. Fr. Kristo merasa terpanngil dan tertarik pada komunitas Projo oleh kerena itu pada tahun 2013 fr Kristo dibimbing dan bina kerohaniaannya pada komunitas TOR LO’O DAMIAN Atambua. Disinilah fr. Kristo membulatkan tekatnya untuk tetap setia pada jalan panggilan Tuhan karena bagi Fr. Kristo hidup di komunitas TOR LO’O DAMIAN bagaikan hidup bersama Tuhan di taman firdaus.

Kesetiaan fr.Kristo pada jalan panggilan Tuhan terus terpupuk hingga beranjak pada dunia perkuliahan. Pada tahun 2013 fr. Kristo memutuskan untuk melanjutkan panggilan hidupnya Di Seminari Tinggi st. Mikhael Penfui Kupang dan melanjutkan pendidikannya di Universitas Widya Mandira Kupang dan dengan setia menyelesaikannya pada tahun 2017.

Setelah bergelut didunia perkuliahan selama ampat tahun dan mejalani hidup sebagai seorang mahasiswa dan seorang frater. Fr. Kristo tetap dengan setia berpegang teguh pada panggilan Tuhan meski banyak tantangan dan cobaan menghampiri karena bagi fr. Kristo senakin banyak tantngan dan cobaan disitulah letak kesetiaanya pada Tuhan semakin kokoh dan Semakin erat. 

Karena kesetiaannya yang kokoh dan erat pada panggilan tuhan atas dirinya pada tahun 2017-2019 fr. Kristo ditugaskan untuk menjalani Tahun Orientasi Pastoralnya(TOP) di paroki st. Petus Tukuneno. Pada masa TOP nya fr. Kristo mengalami banyak goncangan iman tetapi ia tetap teguh dan bersikeras untuk tetap menjalani panggilan Tuhan yang adalah  panggilan kesetiaan.  Setelah dengan setia menyelesaikan  masa TOP nya di Paroki st. petrus Tukuneno. Fr. Kristo kembali menjalani dan melanjutkan pendidikan strata 2 (s2)  universitas Katolik Widya Mandira Kupang dan sebagai calon imam keuskupan Atambua yakni tingkat 5 di Seminari Tinggi st. Mikhael Penfui Kupang pada tahun 2019 hingga dengan setia menyelesaiakannya pada tahun 2021.

  “ Allah yang Memanggil Kamu adalah Setia” adalah moto tahbisan Diakon bagi Fr. Kristo. Fr. Kristo yang adalah setia pada panggillan Tuhan kini telah mencapai “Panggiilan” yang sesungguhnya. Bagi diri Fr. Kristo panggilan adalah sebuah perjumpaan yang mengagumkan antara undangan kasih dari Allah yang setia sebagai prakarsa pertama dan utama. Serta jawaban pribadi sebagai tanggapan pribadi terhadap undangan kasih Allah itu. Panggilan Tuhan ini selalu ada dalam proses yang berkanjang. Allah yang yang memanggil Setia menemani,memelihara dan membimbing dalam panggilan rohani dan perjumpaan dengan banyak pribadi. Fr.Kristo yang adalah sosok setia kini telah mencapai panggilan Tuhan yang sesungguhnya,panggilan menuju pada kesetiaan yang sejati.”Allah yang Memanggil Kamu adalah Setia.”

Leave a comment