Pada hari Minggu di pengujung tahun 2023 ini, kita merayakan Pesta Keluarga Kudus Nazareth sebagai keluarga paling terberkati, karena melaluinya, Tuhan dan Juruselamat dunia datang dan hadir di tengah-tengah kita. Pada Pesta Keluarga Kudus Nazareth ini, kita diingatkan tentang keluarga, di mana Tuhan dan Juruselamat dilahirkan dalam perhatian kasih Maria ibu-Nya, dan juga Yosef sebagai ayah angkat-Nya. Keluarga Kudus Nazareth juga merupakan contoh dan teladan bagi semua dan setiap keluarga Kristen sebagai sel utama dan penting dari Gereja Allah, tentang pentingnya menjalani kehidupan yang kudus, taat, dan setia pada perintah Tuhan.massage pistol bežecké tenisky iansargentreupholstery.com propiedadesenrepublicadominicana.com onlinebijuta.com onlinebijuta.com strømper str 42 propiedadesenrepublicadominicana.com panske teplaky bežecká obuv onlinebijuta.com team easy on tøj til salg propiedadesenrepublicadominicana.com lepetitartichaut.com team easy on tøj til salg
Dalam bacaan pertama (Kej 15: 1-6; 21: 1-3), kita mendengar komunikasi intensif antara Abram dan Tuhan, di mana Allah meyakinkan Abram tentang segala sesuatu yang telah dijanjikan kepadanya. Bahwasanya Allah akan memberikan seorang anak laki-laki sebagai ahli-waris yang sah (dan bukan sekadar hamba) untuk melanjutkan keturunannya. Allah menegaskan kembali kepada Abraham bahwa segala sesuatu akan terjadi sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepadanya, memperbarui janji-janji-Nya, dan menyatakan bahwa Abraham akan menjadi bapa bagi segala bangsa. Karena Abraham percaya kepada Allah, maka Allah pun mendirikan Perjanjian-Nya dengan Abraham serta keturunannya. Pada bagian akhir dari bacaan pertama ini kita juga mendengar bahwa Sarah, istri Abraham, secara ajaib akan melahirkan Ishak, dalam usianya yang sudah lanjut.
Hal ini ditegaskan kembali dalam bacaan kedua hari ini (Ibr 11:8, 11-12, 17-19). Penulis Surat ini berbicara tentang bagaimana iman Abraham membawa dia kepada kebenaran serta menerima kepenuhan berkat dan anugerah Tuhan. Penulis juga menyebutkan bahwa Abraham dan Sara mendapat anak yang mereka dambakan karena iman dan kepercayaan mereka kepada Tuhan. Iman ini ditunjukkan sekali lagi dalam kisah ketika Allah meminta Abraham untuk mengorbankan Isak, anak yang paling dicintainya di antara semua miliknya, dan yang dijanjikan oleh Allah sendiri. Abraham pun taat secara total kepada Tuhan. Ia menuntun Ishak dengan setia ke gunung Moria dan bersiap untuk mempersembahkannya kepada Allah. Dengan iman yang besar kepada Allah, Abraham tahu bahwa segala sesuatu mungkin bagi Allah. Bahkan jika dia harus mempersembahkan satu-satunya harapan untuk masa depannya itu, Abraham yakin bahwa Allah akan mengembalikan Ishak kepadanya dengan cara-Nya sendiri. Dalam hal ini, Abraham sama-sekali tidak mempertanyakan keputusan Tuhan. Sebaliknya, dia mempercayakan segalanya kepada Tuhan. Secara simbolis, hal ini sebenarnya erat terkait dengan apa yang akan Allah sendiri lakukan, ketika Dia mengutus kepada kita AnakNya yang Tunggal, Tuhan kita Yesus Kristus. Sama seperti Abraham memberikan anaknya dengan rela kepada Allah untuk dipersembahkan dan dikorbankan, demikian pun Allah memberikan kepada kita Anak-Nya, agar Dia dapat dipersembahkan atas nama kita sebagai Anak Domba Paskah sejati, satu-satunya korban yang layak untuk menebus dosa-dosa kita.
Secara keseluruhan, kita telah mendengar betapa pentingnya peran Tuhan dalam keluarga Abraham, Sarah, dan Ishak, dan bagaimana Abraham taat kepada Tuhan dengan sempurna, serta mempercayakan dirinya dan keluarganya sepenuhnya kepada Allah dalam segala hal. Hal ini terkait juga dengan Keluarga Kudus Nazareth (Yesus, Maria, dan Yosef), yang pestanya kita rayakan hari ini. Dari Injil kita mendengar kisah tentang bagaimana Maria dan Yosef, mempersembahkan Bayi Yesus dalam Bait Allah di Yerusalem sesuai Hukum dan tradisi Yahudi. Secara simbolis, tindakan persembahan ini mengantisipasi korban persembahan diri Yesus kelak di Golgotha, di mana Maria sendiri hadir sebagai Mater Dolorosa, Bunda yang Berdukacita. Kita juga mendengar bagaimana mereka disambut dan diberkati oleh Simeon dan Anna. Keduanya bersukacita karena telah melihat dan menjadi saksi Sang Juru Selamat dunia sendiri dalam daging. Selanjutnya, Simeon dan Anna memberitahu Maria dan Yosef tentang apa yang akan dilakukan oleh Yesus, sang Anak Mahakudus, bagaimana Dia akan menjadi Tanda besar bagi semua orang, dan memenuhi segala yang telah dijanjikan Allah kepada umat manusia.
Sebagaimana Abraham dan Sarah, demikian juga Maria dan Yosef percaya dan taat sepenuhnya kepada Tuhan. Mereka melakukan segala sesuatu sesuai dengan apa yang diperintahkan Tuhan kepada mereka. Sesudah pengungsian ke Mesir untuk menghindari pembunuhan terhadap Bayi Yesus, mereka pun kembali ke kota kecil Nazaret di Galilea, setelah kematian Raja Herodes. Selanjutnya, Yesus bertumbuh dalam kebijaksanaan dan hikmah di bawah bimbingan dan perhatian penuh kasih Maria dan Yosef. Mereka mendidikNya menjadi orang yang baik dan benar, taat kepada Hukum dan perintah-perintah Allah, sebagaimana mereka sendiri telah melakukannya. Dalam semuanya ini, kita boleh melihat contoh keluarga yang benar, kudus, dan penuh kasih, yang selalu berpusat pada Allah.
Bacaan-bacaan suci hari ini pada intinya mau mengingatkan keluarga-keluarga Kristen sepanjang zaman untuk senantiasa berpusat pada Tuhan, penuh cinta dan perhatian satu sama lain, serta selalu bersatu dalam tujuan dan cinta sepanjang waktu. Setiap anggota keluarga, sedapat mungkin berusaha menghabiskan lebih banyak waktu berkualitas satu sama lain, bersatu dalam doa dan syukur kepada Tuhan. Terlalu sering kita mendengar tentang keluarga-keluarga yang retak bahkan hancur, yang disebabkan oleh kurangnya interaksi sejati dan berkualitas di antara anggota keluarga. Hal ini antara lain disebabkan oleh ketertarikan pada godaan-godaan duniawi berupa takhta, harta, dan kenikmatan, penggunaan keliru terhadap teknologi komunikasi yang justru semakin menjauhkan dan mengasingkan kita dari kebersamaan dalam keluarga.
Dalam konteks ini, sangat penting dan mendesak bagi keluarga-keluarga, untuk belajar memanfaatkan lebih banyak waktu dalam keluarga, antara lain dengan makan bersama, rekreasi bersama, dan saling berkomunikasi secara langsung, muka ke muka. Lebih dari itu, anggota-anggota keluarga pun diharapkan menyediakan lebih banyak waktu untuk berdoa bersama, karena di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama Tuhan, di situ Tuhan hadir. Doa bersama dalam keluarga tidak hanya mengingatkan kita tentang Tuhan sebagai pusat dari kehidupan keluarga, tetapi sekaligus juga menghadirkan Tuhan ke dalam kehidupan keluarga, mengundang-Nya untuk memberkati semua anggota keluarga, serta menyatukan kembali anggota-anggota keluarga yang terpecah-belah. Inilah dasar bagi kekudusan keluarga-keluarga Kristen dewasa ini, sebagaimana Keluarga Kudus Nazareth, Yesus-Maria-Yosef.
Patut disadari bahwa setan dan semua musuh Tuhan tahu dengan baik bahwa keluarga-keluarga merupakan sel dasar dari Gereja, dan karenanya mereka selalu sibuk mencari jalan dan cara untuk menghancurkan Gereja. Salah satu cara terbaik adalah dengan mencerai-beraikan dan memporak-porandakan keluarga-keluarga Kristen. Di dalam situasi perkembangan dunia yang semakin sekular dewasa ini, anak-anak dan kaum muda kita sering sangat rentan terhadap berbagai paham, ajaran, dan keyakinan sesat, yang turut menggoncang sendi-sendi kehidupan iman keluarga-keluarga Kristen. Inilah sebabnya mengapa kita harus terus berjuang menjaga agar keluarga-keluarga kita tetap bersatu dalam iman akan Tuhan, memastikan bahwa semua dan setiap anggota keluarga kita selalu fokus pada apa yang benar, yang baik, dan yang indah, serta setiap kita (sebagai orang-tua, suami-istri, dan anak-anak) menyadari peran yang seharusnya dimainkan dalam keluarga kita masing-masing. Kiranya kita semua melakukan yang terbaik agar keluarga-keluarga kita dapat menjadi seperti Keluarga Kudus Nazareth, di mana Tuhan selalu meraja di dalamnya dan di dalam diri orang-orang yang kita cintai. Hendaklah kita semua menjadi semakin setia kepada Tuhan, menjalani hidup dengan layak sebagai orang Kristen, menjadikan keluarga kita sebagai fondasi yang kuat bagi iman Kristen. Semoga keluarga-keluarga kita terus terinspirasi oleh contoh-contoh hebat dari Keluarga Kudus Nazareth, agar semua yang kita lakukan dapat juga menjadi inspirasi dan teladan bagi orang-orang dan keluarga-keluarga lain di sekitar. Semoga Allah memberkati keluarga-keluarga kita, sekarang dan selalu….Amin.