Halo Sobat terkasih dalam Kristus,
Beberapa waktu lalu pada bagian pertama kita telah melihat profil para Frater alumni Seminari Tinggi Santo Mikhael tahun 2021 Keuskupan Atambua. Pada bagian kedua ini kita akan diajak mengenal para diakon asal Keuskupan We’etebula-Sumba yang juga merupakan salah satu keuskupan yang menjadi bagian dari Seminari Inter Diosesan ini. Para Diakon tersebut adalah sebagai berikut:
DIAKON KANISIUS MARIO KURNIAWAN TOLANG, Pr
“Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku”
Fr. Kanisius Mario Kurniawan Tolang, biasa disapa Fr. Rio adalah seorang calon Diakon Keuskupan Weetebula. Ia lahir di Kupang pada tanggal 29 April 1992, sebagai anak pertama dari tiga orang bersaudara. Ia dilahirkan dari pasangan suami-istri, bapak Hendrik Tolang dan ibu Yohana Mariana, yang saat ini berdomisili di kota Waingapu-Sumba Timur. Ia menjejaki pendidikan dasarnya di SDK Anda Luri, Waingapu (1998-2005), selanjutanya ia melanjtkan pendidikan tingkat menengah di SMPN 3 Waingapu (2005-2008). Sejak saat SD ia sudah tertarik untuk menjadi imam. Hal ini membuat api panggilannya berkobar-kobar hingga setelah menamatkan pendidikan di SMPN 3, ia memutuskan suatu pilihan yang tepat untuk menjalani pendidikan sebagai calon imam di SMA Seminari Sinar Buana, Sumba Barat Daya (2008-2012). Waktu terus berguling dengan cepat dan ia terus beranjak dan melaju ke jalan panggilanya, memasuki tahun orientasi rohani (TOR ) Lo’o Damian di Atambua ( 2012-2013 ). Setelah dikuatkan dengan kekuatan rohani selama setahun yang telah berlalu kemudian ia bertempur dengan dunia intelektualnya di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang (2013-2017). Pertempuaran intektual di dunia filsafat tidak membuat ia gentar dan jatuh, tetapi semakin menguatkan dia untuk terus melanjutkan jalan panggilannya yang mulia itu.
Setelah menyelesaikan study filsafat, ia menjalani tahun pertama masa (TOP ) di Kuasi Paroki St. Markus Waikambala (2017-2018) dan tahun kedua di SMP Seminari Sinar Buana (2018-2019) Setelah menjalani masa TOP, iapun terus maju dengan keberanian yang selalu tampak pada wajahnya, dengan keputusan yang bulat ia kembali menjalani studi teologi di Seminari Tinggi St. Mikael (2019-2021). Setelah bergulat dengan dunia pendidikan yang sudah dilaluinya, akhirnya ia memutuskan untuk terus menjalnkan panggilannya sampai ke titik final yakni untuk menjadi Imam Tuhan. Motivasinya untuk menjadi imam diperkuat dalam moto panggilan yang ia pilih: “Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku.
DIAKON SILVESTER HERMANUS PEA, Pr
“Tangan-Nya tetap denganku, bahkan lengannku digenggamnya”
Fr Silvester Hermanus Pea, biasa dipanggil Fr. Venus atau lebih akrabnya disapa Fr. Tores adalah seorang calon Diakon Keuskupan Weetebula yang berasal dari Paroki Keluarga Kudus Nazaret Were. Ia lahir di Mataloko pada tanggal 22 Mei 1992, sebagai anak bungsu dari tiga orang bersaudara. Ia dilahirkan dari pasangan suami-istri, bapak Kristiforus Dhulo dan ibu Anastasia Dhiu (Alm), yang saat ini berdomisili di kampung Doka, Mataloko. Ia menjejaki pendidikan dasarnya di SDN Doka (1999-2005), selanjutanya ia melanjtkan pendidikan tingkat menengah di SMPN I Golewa (2005-2008). Setelah menamatkan pendidikan di SMPN I Golewa, ia memutuskan suatu pilihan yang tepat untuk menjalani pendidikan sebagai calon imam di SMA Seminari Sinar Buana, Sumba Barat Daya (2008-2012). Selanjutnya ia memasuki tahun orientasi rohani (TOR ) Lo’o Damian di Atambua ( 2012-2013 ). Setelah dikuatkan dengan kekuatan rohani selama setahun yang telah berlalu kini ia bertempun dengan dunia intelektualnya di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang (2013-2017). Setelah menyelesaikan study filsafat, ia menjalani tahun pertama masa (TOP ) di Paroki Mari Bunda Selalu Menolong Kambajawa, Waingapu (2017-2018) dan tahun kedua di Paroki St. Paulus Ande Ate (2018-2019) Setelah menjalani masa TOP, ia kembali menjalani studi teologi di Seminari Tinggi St. Mikael (2019-2021). Setelah bergulat dengan dunia pendidikan yang sudah dilaluinya, akhirnya ia memutuskan untuk terus menjalnkan panggilannya sampai ke titik final yakni untuk menjadi Imam Tuhan. Motivasinya untuk menjadi imam diperkuat dalam moto panggilan yang ia pilih: “Tangan-Nya tetap denganku, bahkan lengannku digenggamnya”.