SABDA INI KERAS!!!???
(Yoh 6:60-69)
Karena itu, persis di sinilah letak persoalannya, sebab “salib” merupakan kesulitan utama bagi orang-orang Yahudi (dan juga sebagian besar para murid) untuk menerima Yesus. Menyaksikan Yesus yang melakukan banyak tanda berupa mukjizat sekalipun, mereka tidak percaya bahwa Dia berasal dari surga, apalagi melihat Dia mati di salib.
Saudara/Saudari…
Penggalan Injil hari ini (Yoh 6:60-69) berkisah tentang reaksi para murid terhadap pernyataan Yesus pada penggalan Injil sebelumnya. Yang belum begitu jelas ialah bagian mana dari pernyataan Yesus itu yang membuat mereka merasa bahwa perkataan Yesus sungguh keras: apakah itu berkaitan dengan pernyataan Yesus dalam bagian pertama (ayat 32-50) tentang “Akulah roti hidup yang turun dari surga”, ataukah berkaitan dengan pernyataan Yesus dalam bagian kedua (ayat 51-58) tentang “makan daging dan minum darahNya” sebagai syarat serta jaminan untuk hidup kekal? Mengenai pernyataan Yesus dalam bagian pertama, dikisahkan bahwa orang-orang Yahudi hanya bersungut-sungut. Sedangkan menyangkut pernyataan Yesus dalam bagian kedua, dikisahkan bahwa orang-orang Yahudi saling bertengkar di antara mereka.
Saudara/Saudari…
Sepertinya bagian kedua dari pernyataan Yesus tentang “makan daging dan minum darahNya” memang menimbulkan kesulitan untuk dimengerti. Pertanyaan para murid pun sama dengan pertanyaan orang-orang Yahudi, “Bagaimana Ia dapat memberikan dagingNya kepada kita untuk dimakan?” Dengan demikian, mungkin saja pernyataan Yesus inilah yang dianggap keras oleh para murid.
Akan tetapi…Jika diamati secara saksama pernyataan Yesus dalam penggalan Injil hari ini (khususnya ayat 61-65), ternyata tidak ada satu pun pernyataan tentang “makan daging dan minum darahNya…”. Yesus justru menekankan sekali lagi pentingnya percaya kepada Dia yang “naik” ke tempat di mana Ia sebelumnya berada (ayat 62). Pernyataan Yesus ini tentu saja berkaitan erat dengan pernyataan Yesus sebelumnya bahw “Ia telah turun dari surga” (ayat 41). Dengan demikian, yang dianggap sebagai “perkataan keras” sebenarnya adalah seluruh pernyataan Yesus tentang diriNya sebagai roti hidup yang turun dari surga, sebagai santapan bagi kehidupan kekal.
Saudara/Saudari…
Kalau orang sudah tidak percaya bahwa Yesus telah turun dari surga, bagaimana mungkin orang dapat percaya kalau Dia akan kembali ke sana? Dan menurut penginjil Yohanes, saat Yesus kembali ke tempat asalNya yakni Surga ialah saat ketika Ia ditinggikan dan dimuliakan lewat “Salib”. Karena itu, persis di sinilah letak persoalannya, sebab “salib” merupakan kesulitan utama bagi orang-orang Yahudi (dan juga sebagian besar para murid) untuk menerima Yesus. Menyaksikan Yesus yang melakukan banyak tanda berupa mukjizat sekalipun, mereka tidak percaya bahwa Dia berasal dari surga, apalagi melihat Dia mati di salib. Bagi kaum non-Yahudi, salib adalah suatu kebodohan, sedangkan bagi orang-orang Yahudi, salib cumalah batu sandungan (1Kor 1:23) yang harus dihindari bahkan dibuang oleh para tukang bangunan (Bdk. 1Ptr 2:7). Dalam hal ini, Yesus tentu saja sudah perhitungkan kesulitan yang bakal dihadapi orang-orang Yahudi dan sebagian besar para murid terkait peristiwa salib sebagai saat peninggian dan kembalinya Dia ke surga. Sesungguhnya inilah yang dianggap sebagai “perkataan keras” yang sungguh menantang sekaligus membuat kaum Yahudi dan para murid mundur satu per satu. Akan tetapi, sekalipun dianggap keras, Yesus tegaskan bahwa perkataan-perkataanNya adalah roh dan hidup. Namun bagaimanapun, orang hanya bisa menerima perkataanNya dan percaya kepadaNya kalau ia lebih dahulu ditarik oleh BapaNya. Tidak ada seorang pun dapat datang kepada Yesus kalau Bapa tidak mengaruniakanNya kepadanya. Sejak saat itu, banyak murid mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Yesus.
Saudara/Saudari…
Pada akhirnya Yesus berbicara dengan keduabelas muridNya. Ia bertanya tentang pilihan, keputusan, dan sikap mereka: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Terhadap pertanyaan ini, atas nama keduabelas murid, Simon Petrus menjawab, “Tuhan, kepada siapa kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu bahwa Engkaulah Yang Kudus dari Allah”. Di sini pengakuan iman Petrus akan Yesus tidak lagi diungkapkan dengan sebutan “Mesias” yang memang terlampau dekat dengan harapan orang banyak yang ingin menjadikan Yesus sebagai raja atau “mesias politik”. Petrus justru sebut Yesus sebagai “Yang Kudus dari Allah”, karena memang lebih cocok dengan pokok persoalan yang sedang dibicarakan. Ini berarti bahwa tidak ada persoalan tentang Mesias, tetapi ada masalah tentang pengakuan bahwa Yesus telah turun dari surga. Dengan demikian, pengakuan Petrus ini merupakan tanggapan lain atas pernyataan Yesus bahwa Ia telah turun dari surga, dan pada saatnya Ia akan kembali ke sana (melalui jalan salib). Inilah pernyataan yang dianggap “keras”, yang membuat banyak orang bersungut-sungut dan meninggalkan Yesus, namun yang sungguh diimani Petrus dan kawan-kawannya.
Saudara/Saudari…
Rupanya banyak orang mau mengikuti Yesus hanya untuk senang-senang, hanya mau dapatkan kemudahan dan pemenuhan harapan, kepentingan dan kepuasan pribadi, tidak mau terima tantangan, kesulitan, penderitaan. Ketika mendengar perkataan Yesus bahwa Dialah roti hidup yang turun dari sebagai santapan hidup kekal, dan pada saatNya Dia akan kembali ke surga melalui salib, orang-orang pun kaget, karena bagi mereka, salib adalah suatu kebodohan, aib, dan batu sandungan yang sedapat mungkin harus dihindari.
Saudara/Saudari…
Sebagaimana kaum Yahudi dahulu, terkadang kita pun mungkin merasa kecewa lantaran angan-angan dan obsesi pribadi kita dalam mengikuti Yesus sepertinya tidak kunjung terpenuhi. Sebaliknya, yang kita alami justru tantangan demi tantangan yang hakekatnya bertujuan meluruskan pemahaman kita tentang siapa sesungguhnya Yesus bagi kita, sekaligus memurnikan motivasi kita dalam mengikuti Dia. Tidak heran, banyak juga di antara kita pada akhirnya memilih untuk mundur secara teratur bahkan juga mundur tanpa berita (“muntaber”). Karena kecewa, banyak orang lalu semakin menjauhkan diri dariNya dan dari GerejaNya. Bisa jadi, cuma segelintir orang saja yang tetap setia mengikuti Yesus karena sungguh menemukan dalam Dia suatu kebenaran yang tak tergantikan.
Saudara/Saudari…
Karena yakin dan percaya seperti Petrus dan kawan-kawannya, kiranya kita pun terus membangun komitmen dan kesetiaan kita dalam mengikuti Yesus. Hendaknya kita pun berkata, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergu? SabdaMu adalah Sabda hidup yang kekal. Kami telah percaya dan tahu bahwa Engkaulah Yang Kudus dari Allah”. Tidak ada alasan apa pun bagi kami untuk berpaling dari padaMu….Amin!!!